Cerita
Dewasa Istri Tak Setia, Selingkuh Saat Suami Pergi Dinas
Kumpulan video bokep semi
terbaru bokep indo terbaru bokep semi asia bokep jepang bokep barat bokep bokep
streaming bokep selingkuh. Kumpulan cerita dewasa terbaru cerita seks cerita
tante girang. Kumpulang foto cewek bispak foto cewek bugil.
Cerita Dewasa –
Namaku Indri, tapi biasa dipanggil I’in oleh orang di rumah. Aku sulung dari 4
bersaudara yang semuanya perempuan. Saat ini usiaku 34 tahun dan adik bungsuku
Lisa 21 tahun. Aku sangat menjaga bentuk tubuhku, dengan tinggi badan 167 cm
dan berat badan 59 kg, tidak ada yang menyangka kalau aku sudah memiliki 2
orang anak yaitu Echa 6 tahun dan Dita 3 tahun. Kalau menurut suamiku,
teman-temannya sering memuji tubuhku, terutama pada bagian pinggul dan payudara
yang terlihat sangat seksi jika sedang mengenakan baju yang pressed body.
Begini ceritaku..
Kenaikan jabatan yang diterima oleh suamiku membuatnya harus
berada di luar daerah, dan hanya bisa pulang sebulan sekali. Otomatis kebutuhan
biologisku hanya bisa terpenuhi pada saat suamiku pulang saja. Bahkan sering
juga aku harus puasa sampai berbulan-bulan karena pada saat suamiku pulang aku
sedang kedatangan “tamu”. Tapi itu tidak terlalu kupedulikan, toh saat kami
berhubungan, aku jarang sekali mengalami orgasme karena suamiku biasanya sudah
keluar duluan dan bila sudah begitu pasti ia langsung tertidur dan membiarkanku
menggantung sendirian.
Sampai akhirnya terjadi peristiwa yang membuatku sangat malu
pada awalnya, namun menjadi ketagihan pada akhirnya. Orang yang membuatku mabuk
kepayang itu bernama Iwan yang tidak lain adalah pacar adikku yang paling
bungsu. Orangnya lumayan ganteng dengan bentuk tubuh yang kekar karena ia
adalah seorang atlit renang perwakilan daerah. Iwan sudah berpacaran
dengan adikku Lisa selama 5 tahun sehingga hubungan keluarga kami dengannya
sudah sangat dekat, aku sendiri bahkan sudah menganggapnya sebagai adik iparku
demi melihat keseriusan hubungan Iwan dan adikku.
Iwan juga sering datang ke rumah
untuk mengantarkan aku pergi karena aku tidak bisa naik motor, tentu saja
sebelumnya aku selalu memintanya tolong melalui Lisa. Selama tidak sibuk dia
pasti mau menolongku sehingga kami menjadi lumayan dekat. Ia sering bercerita
tentang hubungannya dengan Lisa adikku, sehingga aku jadi tahu kalau dia adalah
pemuda yang sangat menghormati wanita. Itu adalah pandanganku sebelum terjadi
affair antara kami berdua.
Sore itu aku berangkat dengan diantar Lisa adikku untuk berenang
di sebuah hotel yang cukup besar di kota SMD. Setelah berganti dengan baju
renang, aku melangkahkan kaki ke tepi kolam. Beberapa pemuda melirikku dengan
pandangan nakal. Setelah melakukan pemanasan aku lalu turun ke air. Setelah
menyesuaikan diri dengan suhu air baru aku mulai berenang. Setelah bolak-balik
3 kali putaran, aku beristirahat di pinggir kolam sambil mengatur napas.
Beberapa pemuda yang lewat menggodaku, aku hanya tersenyum. Lalu aku terhanyut
pada lamunanku yang sudah 3 bulan tidak melakukan hubungan suami-istri.
“Sendirian saja Kak?”
Suara yang ramah mengagetkanku dari belakang.
“I.. Iya” Jawabku sambil menoleh ke belakang.
Setelah melihat siapa yang menyapaku, aku menjadi tenang tetapi
sedikit risih karena ternyata ia adalah Iwan yang melihatku tanpa
berkedip. Sambil mengajakku mengobrol ia melakukan pemanasan. Sesekali aku
melirik untuk melihat tubuhnya yang kekar. Lalu mataku turun lagi ke dadanya yang
bidang dan perutnya yang sangat berotot. Saat mataku sampai ke celana
renangnya, dadaku berdegup kencang, celana itu terlihat sangat menonjol pada
bagian tengahnya. Pasti besar sekali, mungkin bahkan lebih besar dari pada
milik suamiku, batinku.
Lalu aku tercekat saat Iwan melompat terjun ke kolam renang dan
langsung meluncur. Setelah 7 kali bolak-balik ia menepi ke sampingku untuk
beristirahat. Ia meletakkan tangannya di sampingku sehingga sikunya menyentuh
paha kananku.
“Kesini pake apa Kak?” Tanyanya sambil menatapku dengan tajam.
“Diantar sama Lisa” Jawabku sambil menghindari pandangan matanya.
“Trus.. Sekarang Lisanya kemana?” Sahut Iwan melirik sekeliling.
“Langsung pulang jagain Dita sama Echa..” Sebelum ia sempat menanyaiku lagi,
aku langsung melompat terjun.
Setelah menyeberang, aku lansung naik karena ingin segera
pulang. Sebelumnya aku tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang
mengenalku di kolam ini. Dan yang bertemu denganku ternyata Iwan, terlebih lagi
aku hanya mengenakan baju renang hingga otomatis menampakkan sebagian tubuhku.
Aku tidak mau menoleh ke belakang karena aku takut Iwan akan berbicara lagi
denganku. Setelah memakai rok setinggi lutut, aku mengenakan pakaian yang
lumayan ketat sehingga memamerkan garis tubuhku yang masih terbentuk.
Saat melangkahkan kaki menuju jalan raya untuk mencari angkot,
ada motor yang memotong jalanku. Aku kaget bukan kepalang, terlebih lagi saat
melihat siapa yang menaikinya, lagi-lagi ternyata Iwan.
“Saya antar ya Kak?” Tawar Iwan dengan sopan.
Aku berpikir sejenak, sebelum aku sempat menjawab Iwan sudah
menyodorkan helm. Dengan ragu aku menerima helm itu, setelah mengenakannya aku
lalu duduk menyamping di belakang dengan tangan kananku melingkar di
pinggangnya. Sebenarnya hal ini sudah sangat sering kulakukan, tapi untuk saat
ini aku merasa sangat serba salah. Perasaanku semakin tidak enak saat ia
mengarahkan motornya ke arah yang berlawanan dengan arah ke rumahku. Bodohnya,
aku cuma diam saja sampai akhirnya Iwan menghentikan motornya di depan sebuah
bioskop yang cukup terkenal di kota SMD.
“Nonton dulu ya Kak?” Pintanya sopan.
“Aduh gimana ya San.. Ini kan sudah sore” Jawabku panik.
“Please Kak.. Ini film yang pengen banget aku tonton, lagian ini hari
pemutarannya yang terakhir” Sahut Iwan dengan tatapan yang memohon.
“Iya deh.. Tapi habis itu langsung pulang” tegasku. Iwan tersenyum dengan penuh
kemenangan.
Setelah memesan tiket, kami pun masuk ke dalam dan ternyata yang
menonton sangat sedikit. Setelah mendapatkan tempat duduk, kami berdua mulai menikmati
film yang diputar. Belum lama berselang, aku tercekat kaget saat tangan Iwan
merangkul bahuku. Aku berusaha untuk tenang dan tak bereaksi apa-apa. Melihat
aku diam saja Iwan semakin berani, mukanya didekatkan ke wajahku hingga sontak
aku menolak saat ia mencoba mencium bibirku. Tapi malah bertambah parah karena
yang dia cium adalah telinga dan leherku, padahal itu termasuk daerah
sensitifku.
Aku menjadi deg-degan, dan sepertinya Iwan mengetahui kalau aku
mulai memakan umpan yang ia berikan. Tangannya mulai turun ke dadaku dari bahu.
Ternyata tangannya sangat lihai meskipun dari luar putaran-putaran jarinya
mampu membuatku sesak karena buah dadaku yang telah mengeras. Tangannya terus
aku pegang. Tangannya yang satu berhasil kutahan semantara yang lain berhasil
lolos dan semakin aktif.
Dia berhasil membuka kancing-kancing bajuku bagian atas lalu
tangannya bermutar-mutar di atas BH-ku yang tipis. Malu juga rasanya kalau Iwan
tahu bahwa putingku sudah keras sekali. Bibirnya yang bermain di leherku mulai turun
ke bahu dan entah bagaimana caranya, ternyata Iwan telah menurunkan tali BH dan
bajuku sampai ke pinggang lalu bibirnya bermain diatas BH-ku dan sekali renggut
buah dadaku telah terekspos pada bibirnya.
Aku menjadi semakin lupa diri, lupa pada suami dan anak-anakku,
dan lupa kalau Iwan adalah kekasih adikku dan kemungkinan besar akan menjadi
iparku kelak. Begitu buah dadaku terekspos, Iwan tidak langsung mencaplok tapi
putingku yang keras dirangsang dulu dengan hidungnya. Nafasnya yang hangat
sudah bisa membuat putingku semakin mengeras. Lalu dia ciumi pelan-pelan buah
dadaku yang berukuran 34B itu, mula-mula bagian bawah terus melingkar sehingga
hampir semua bagian buah dadaku dicium dengan lembut olehnya. Belum puas
menggodaku, lidahnya kemudian mulai menari-nari di atas buah dadaku. Akhirnya
pertahananku pun jebol hingga aku mulai mendesah halus. Akhirnya apa yang
kukhawatirkan terjadi, lidahnya mulai menyapu sekitar puting dan akhirnya..
Akh.. putingku tersapu lidahnya.. Perlahan mula-mula, semakin
lama semakin sering dan akhirnya putingku dikulumnya. Ketika aku merasa nikmat,
ia melepaskannya dan kemudian mulai mengecup dari bagian tepi lagi. Perlahan
mendaki ke atas dan kembali ditangkapnya putingku. Kali ini putingku digigitnya
perlahan sementara lidahnya berputar-putar menyapu putingku. Sensasi yang
ditimbulkannya sungguh luar biasa, semua keinginan yang kupendam selama 3 bulan
ini serasa terpancing keluar dan berontak untuk segera dipuaskan.
Melihatku mendesah, Iwan semakin berani. Selain menggigit-gigit
kecil putingku sembari lidahnya menyapu-nyapu, tangannya mulai bermain di
lututku. Perasaan yang kupendam selama ini kelihatannya mulai bergejolak. Hal
itu membuatku membiarkan tangannya menggerayangi lutut dan masuk menyelusup ke
dalam rokku untuk mengelus pahaku. Dia tahu bahwa tubuhku merinding menahan
nikmat dan dengan lihai tangannya mulai mendaki dan kini berada di
selangkanganku.
Dengan lembut Iwan mengusap pangkal pahaku di pinggiran CD-ku.
Hal ini menimbulkan sensasi dan nikmat yang luar biasa. Aku tak dapat duduk
tenang lagi, sebentar-bentar menggelinjang. Aku sudah tak dapat lagi
menyembunyikan kenikmatan yang kualami, hal ini bisa dia ketahui dengan telah
lembabnya CD-ku. Jarinya yang besar itu akhirnya tak mampu kutahan ketika dia
memaksa menyelinap ke balik CD-ku dan langsung menuju clitku. Dengan lembut dia
memainkan jarinya sehingga aku terpaksa menutup bibirku agar lenguhanku yang
keluar tak terdengar oleh penonton yang lain. Jarinya dengan lembut menyentuh
clitku dan gerakannya yang memutar membuat tubuhku serasa ringan dan melayang. Akhirnya pertahananku jebol, cairan kental
mulai keluar dari vaginaku dan Iwan mengetahuinya hingga semakin
mengintensifkan serangannya. Akhirnya puncak itu datang, kupeluk kepalanya
dengan erat dan kuhunjamkan bibirku ke bibirnya dan tubuhku bergetar. Iwan
dengan sabar mengelus clitku hingga membuatku bergetar-getar seolah tak
berhenti. Lubang vaginaku yang basah dimanfaatkan dengan baik olehnya.
Sementara jari jempolnya tetap memainkan clitku, jari tengahnya mengorek-ngorek
lubangku mensimulasi apa yang dilakukan laki-laki pada wanita. Aku megap-megap
dibuatnya, entah berapa lama Iwan membuatku seperti itu dan sudah berapa kali
aku mengalami orgasme.
Aku lalu memberanikan diri, kujulurkan tanganku ke arah
selangkangannya. Di sana jemariku menemukan gundukan yang mulai mengeras.
Begitu tersapu oleh belaianku, gundukan itu berubah menjadi batang hangat yang
mengeras. Jariku terus membelai turun naik sepanjang batang itu yang menurutku
sangat besar untuk ukuran seorang pemuda berusia 21 tahun. Secara perlahan
batang tersebut bertambah panjang dan besar hingga menimbulkan getaran-getaran
yang membuatku kembali mencapai orgasme. Saat orgasme, tanganku secara tak
sengaja meremas-remas bolanya sehingga Iwan pun terangsang.
“Kita ke tempat kosku ya Kak..” bisiknya kemudian sambil
mengecup daun telingaku.
Aku mengangguk, dan setelah merapikan pakaian yang aku kenakan,
Iwan menarikku sehingga aku berjalan mengikutinya. Setelah 10 menit naik motor,
kami mulai memasuki sebuah bangunan yang besar dan agak sepi. Saat dia
menggandeng pinggulku menuju kamarnya, beberapa orang anak kost di sana tampak
menatap kami dengan pandangan penuh pengertian. Tapi itu tetap tak mengurangi
rasa kikuk dan canggung yang menyerangku. Apa yang sedang kulakukan di sini,
batinku.
Saat aku sampai di depan pintu kamar kostnya yang terbuka, aku
terdiam sejenak. Keraguan besar mendadak menyerangku, dan itu ternyata
ditangkap oleh Iwan. Dengan tenang dia menangkap bahuku dari belakang dan
dengan pelan dia mendorongku masuk ke dalam. Setelah menutup pintu dan
menguncinya, lalu tangannya turun ke pinggulku dan kemudian memutar tubuhku
sehingga kini kami saling berhadapan untuk pertama kalinya sejak dari kolam
renang.
Kami berhadapan sejenak, lalu Iwan tersenyum dan kembali
bibirnya mengecup bibir bawah dan atasku bergantian dan berusaha membangkitkan
gairahku lagi. Aku mendesah kecil ketika tangannya turun ke bokongku kemudian
meremasnya lalu menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Bibirnya perlahan mengecup
bibirku, bibirnya merambat di antara dua bibirku yang tanpa sadar merekah
menyambutnya.
Lidah itu begitu lihai bermain di
antara kedua bibirku mengorek-ngorek lidahku agar keluar. Sapuan lidahnya
menimbulkan sensasi-sensasi nikmat yang belum pernah aku rasakan, sehingga dengan
perlahan lidahku dengan malu-malu mengikuti gerakan lidahnya mencari dan
mengikuti kemana lidahnya pergi. Dan ketika lidahku menjulur memasuki mulutnya,
dengan sigap Iwan menyambutnya dengan lembut dan menjepit lidahku di antara
langit-langit dan lidahnya. Tubuhku menggeliat menahan nikmat yang timbul,
itulah ciuman ternikmat yang pernah kurasakan dalam hidupku.
Pada saat itulah aku merasa Iwan membuka kancing-kancing bajuku.
Tubuhku sedikit menggigil ketika udara malam yang dingin menerpa tubuhku yang
perlahan-lahan terbuka ketika Iwan berhasil memerosotkan bajuku ke lantai.
Kemudian tangannya menjulur lagi ke pinggul, kemudian berhenti di bokong untuk
meraih retsleting yang ada di rokku lalu menariknya ke bawah dan menanggalkan
rokku ke lantai.
Aku lalu membuka mataku perlahan-lahan dan kulihat Iwan sedang
menatapku dengan tajam tanpa berkedip. Dia tampak tertegun melihat tubuh
mulusku yang hanya terbungkus oleh BH dan CD yang ketat. Sorotan matanya yang
tajam menyapu bagian-bagian tubuhku secara perlahan, pandangannya agak lama
berhenti pada bagian dadaku yang kencang membusung. BH-ku yang berukuran 34B
memang hampir tak sanggup menampung bongkahan dadaku, sehingga menampilkan
pemandangan yang mengundang syahwat lelaki, apa lagi darah muda seperti Iwan.
Tatapan matanya cukup membuatku merasa hangat, dan dalam hati
kecilku ada perasaan senang dan bangga dipandangi lelaki dengan tatapan penuh
kekaguman sperti itu. Rasanya semua usahaku selama ini untuk menjaga
kekencangan tubuh tidak sia-sia. Aku terseret maju ketika lengan kekar Iwan
kembali merangkul pinggangku yang ramping dan menariknya merapat ke tubuhnya.
Tanganku terkulai lemas ketika sambil memelukku, Iwan mengecup bagian-bagian
leherku sambil tak henti-hentinya membisikkan pujian-pujian akan kecantikan
bagian-bagian tubuhku. Akhirnya kecupannya sampai ke daerah telingaku dan
lidahnya secara lembut menyapu bagian belakang telingaku.
Aku menggelinjang, tubuhku bergetar sedikit dan rintihan kecil
lepas dari kedua bibirku. Iwan telah menyerang salah satu bagian sensitifku dan
dia mengetahui sehingga ia melakukannya berulang kali.
“Kak I’in.. Aku ingin menghabiskan malam ini bersama kamu..,
jangan menolak ya.. please..” bisiknya dengan penuh pesona.
Kemudian bibirnya kembali menyapu bagian belakang telingaku
hingga pangkal leherku. Aku tak sanggup menjawab, tubuhku terasa ringan dan
tanpa sadar tanganku kulingkarkan ke lehernya. Rupanya bahasa tubuhku telah
cukup dimengerti oleh Iwan sehingga dia menjadi lebih berani. Tangannya telah
membuka kaitan BH-ku dan dalam sekejap BH itu sudah tergeletak di lantai.
Tubuhku serasa melayang. Ternyata Iwan telah mengangkat tubuhku,
dibopongnya ke tempat tidur dan dibaringkan secara perlahan. Kemudian Iwan
menjauhiku dan dengan perlahan mulai melepaskan pakaiannya. Aku sangat
menikmati pemandangan ini. Tubuh Iwan yang kekar dan berotot itu tanpa lemak
hingga menimbulkan gairah tersendiri untukku. Dengan hanya mengenakan celana
dalam, Iwan duduk di ujung ranjang. Aku berusaha menduga-duga apa yang akan
dilakukannya. Kemudian dia membungkuk dan mulai menciumi ujung jariku kakiku.
Aku merintih kegelian dan berusaha mencegahnya, namun Iwan memohon agar dia
dapat melakukannya dengan bebas. Karena penasaran dengan sensasi yang
ditimbulkannya, akhirnya aku biarkan dia menciumi, menjilat dan mengulum
jari-jari kakiku.
Aku merasa geli, tersanjung sekaligus terpancing untuk terus
melanjutkan kenikmatan ini. Bibirnya kini tengah sibuk di betisku yang
menurutnya sangat indah itu. Mataku terbelalak ketika kurasakan dengan perlahan
tapi pasti bibirnya semakin bergerak ke atas menyusuri paha bagian dalamku.
Rasa geli dan nikmat yang ditimbulkan membuatku lupa diri dan tanpa sadar
secara perlahan pahaku terbuka. Iwan dengan mudah memposisikan tubuhnya di
antara kedua pahaku. Aku berteriak tertahan ketika Iwan mendaratkan bibirnya di
atas gundukan vaginaku yang masih terbungkus CD. Tanpa mempedulikan masih
adanya celana dalam, Iwan terus melumat gundukan tersebut dengan bibirnya seperti
saat sedang menciumku.
Aku berkali-kali merintih nikmat, dan perasaan yang lama telah
hilang dalam setahun ini muncul kembali. Getaran-getaran orgasme mulai
bergulung-gulung, tanganku meremas apa saja yang ditemuinya, sprei, bantal, dan
bahkan rambut Iwan. Tubuhku tak bisa diam bergetar menggeliat dan gelisah,
mulutku mendesis tanpa sengaja, pinggulku meliuk-liuk erotis secara refleks dan
beberapa kali terangkat mengikuti kepala Iwan. Untuk kesekian kalinya pinggulku
terangkat cukup tinggi dan pada saat itu Iwan tidak menyia-nyiakan kesempatan
untuk menarik celana dalamku lepas. Aku agak tersentak tetapi puncak orgasme
yang makin dekat membuatku tak sempat berpikir untuk bertindak apa pun. Bukit
vaginaku yang sudah 3 bulan tak tersentuh suami terpampang di depan mata Iwan.
Dengan perlahan lidah Iwan menyentuh belahannya, aku menjerit
tak tertahan dan ketika lidah itu bergerak turun naik di belahan vaginaku,
puncak orgasmeku datang tanpa tertahankan. Tanganku memegang dan meremas rambut
Iwan, tubuhku bergetar-getar dan melonjak-lonjak. Iwan tetap bertahan pada
posisinya, sehingga lidahnya tetap bisa menggelitik klitorisku ketika puncak
kenikmatan itu datang. Aku merasa dinding-dinding vaginaku telah melembab, dan
kontraksi-kontraksi khas pada lorong vaginaku mulai terasa. Itulah salah satu
kelebihanku yaitu lorong vaginaku secara refleks akan membuat gerakan-gerakan
kontraksi hingga membuat suamiku selalu tak bisa bertahan lama.
Iwan tampaknya bisa melihat kontraksi-kontraksi itu, sehingga
membuatnya semakin bernafsu. Kini lidahnya semakin ganas dan liar menyapu habis
daerah selangkanganku, bibirnya ikut mengecup dan bahkan cairanku yang mulai
mengalir disedot habis olehnya. Nafasnya mulai memburu, aku tak lagi bisa
menghitung berapa kali aku mencapai puncak orgasme oleh permainan lidah dan
bibirnya. Iwan kemudian bangkit. Dengan posisi setengah duduk dia melepaskan
celana dalamnya. Beberapa saat kemudian aku merasa batang yang sangat besar itu
mulai menyentuh selangkanganku yang basah.
Iwan membuka kakiku lebih lebar dan mengarahkan kepala
kemaluannya ke bibir vaginaku. Meskipun tidak terlihat olehku, aku bisa
merasakan betapa keras dan besarnya milik Iwan. Dia mempermainkan kepala
penisnya di bibir kemaluanku, digerakkan ke atas dan ke bawah dengan lembut
untuk membasahinya. Tubuhku seperti tidak sabar untuk menanti tindakan
selanjutnya, lalu gerakan itu berhenti. Dan aku merasa sesuatu yang hangat
mulai mencoba menerobos lubang kemaluanku yang masih sempit. Tetapi karena
liang itu sudah cukup basah, kepala penis itu dengan perlahan tapi pasti
terbenam, semakin lama semakin dalam.
Aku merintih panjang ketika Iwan akhrinya membenamkan seluruh
batang kemaluannya. Aku merasa sesak tetapi sekaligus merasakan nikmat yang
luar biasa, seakan seluruh bagian sensitif dalam liang itu tersentuh. Batang
kemaluan yang keras dan padat itu disambut hangat oleh dinding vaginaku yang
sudah 3 bulan tidak tersentuh. Cairan-cairan pelumas mengalir dari
dinding-dindingnya dan vaginaku mulai berdenyut hingga membuat Iwan membiarkan
kemaluannya terbenam agak lama untuk merasakan kenikmatan denyutan vaginaku.
Kemudian Iwan mulai menariknya keluar dengan perlahan dan mendorongnya lagi,
semakin lama semakin cepat.
Sodokan-sodokan yang sedemikian kuat dan buas membuat gelombang
orgasme kembali membumbung, dinding vaginaku kembali berdenyut. Kombinasi
gerakan kontraksi dan gerakan maju mundur membuat batang kemaluan Iwan seakan
diurut-urut, suatu kenikmatan yang tidak bisa disembunyikan oleh Iwan hingga
gerakannya semakin liar, mukanya menegang dan keringat bertetesan dari dahinya.
Melihat hal ini, timbul keinginanku untuk membuatnya mencapai nikmat.
Pinggulku kuangkat sedikit dan membuat gerakan memutar manakala
Iwan melakukan gerakan menusuk. Iwan tampak terkejut dengan gerakan ‘dangdut’
ini hingga mimik mukanya bertambah lucu menahan nikmat, batang kemaluannya bertambah
besar dan keras, ayunan pinggulnya bertambah keras tetapi tetap lembut.
Akhirnya pertahanannya pun bobol, kemaluannya menghunjam keras ke dalam
vaginaku, tubuhnya bergetar dan mengejang ketika spermanya menyemprot keluar
dalam vaginaku berkali-kali. Aku pun melenguh panjang ketika untuk kesekian
kalinya puncak orgasmeku kembali tercapai.
Sesaat dia membiarkan batangnya di dalamku hingga nafasnya
kembali teratur. Tubuhku sendiri lemas luar biasa, namun kuakui kenikmatan yang
kuperoleh sangat luar biasa dan belum pernah kurasakan sebelumnya selama aku
telah 10 tahun menikah. Kami kemudian terlelap kecapaian setelah bersama-sama
mereguk kenikmatan.
Pagi itu aku terbangun sekitar jam 05:45, dan aku merasa seluruh
badanku sangat pegal dan linu. Setelah beberapa saat mengembalikan kesadaran,
aku kembali teringat tentang malam hebat yang baru saja aku lalui. Bahkan saat
malam pertama bersama suami dulu pun aku tidak merasakan kepuasan yang teramat
sangat seperti ini. Bulu kudukku meremang saat mengingat tiap detik kejadian
tadi malam. Lalu aku mencoba bangkit untuk duduk, tapi badanku tertahan.
Saat kuperhatikan, ternyata badanku tertahan oleh kedua lengan
Iwan. Tangan kanannya menjadi bantal untuk kepalaku dan sedang menggenggam
lemah salah satu payudaraku, sementara tangan kirinya melingkar di pinggang
dengan telapak tangan terjepit di antara kedua belah pahaku. Lalu aku merasakan
hembusan nafas hangat yang halus di tengkukku, lalu aku menolehkan kepala
sedikit. Aku melihat wajah Iwan yang sedang tertidur tenang di sampingku, wajah
itu seperti sedang tersenyum puas. Siapa pun akan berwajah seperti itu jika
habis ML, batinku.
Saat aku mencoba melepaskan tangan kirinya, aku mendengar suara
Iwan yang bergumam di belakangku. Kutolehkan wajahku, perlahan dia membuka
kedua matanya lalu sebuah senyum tipis terlihat di wajahnya. Bersamaan dengan
itu aku merasakan tangan kanannya semakin erat menggenggam payudaraku dan
tangan kirinya mulai mengelus-elus pangkal pahaku. Aku yang tidak siap dengan
serangan itu agak terkejut sehingga tubuhku bergetar halus.
“Pagi Kak I’in tersayang”, sapanya halus sambil mengecup
leherku.
“Mmh.. Pagi san.. kamu.. mau.. ngapain..?”, balasku sambil mencoba mengatasi
pergerakan kedua tangan Iwan yang semakin aktif.
Lalu kecupannya mulai bergerak dari tengkuk menuju leher di
bawah telinga kemudian lidahnya menjilati belakang telingaku yang memang sejak
semalam mendapatkan rangsangan berkali-kali.
“Wann.. Kakak boleh nanya nggak?”, ucapku sambil menikmati
jilatannya.
“Masalah apa Kak?”, balasnya sambil terus menjilat dan meremas.
“Kenapa kamu.. Mau sama Kak I’in yang sudah tua ini?”.
Sejenak Iwan terdiam, lalu ia membalikkan tubuhku sehingga kini
aku berhadap-hadapan dengannya, kemudian dia mengecup bibirku lembut. Lalu Iwan
bercerita kalau dia sangat suka melihat keindahan tubuhku yang tetap terjaga
walaupun telah memiliki 2 orang anak. Selama ini dia masih bisa menahan
hasratnya, tapi saat melihat aku yang mengenakan pakaian renang, Iwan tidak
dapat lagi mengendalikan birahinya. Saat aku menanyakan bagian mana dari
tubuhku yang membuatnya sangat terangsang. Iwan mengatakan bahwa pinggangku
yang ramping terlihat sangat seksi dari belakang. Terutama kalau mengenakan
celana kain yang ketat, tambahnya.
Aku cuma terdiam mendengar penuturannya, tak kusangka kalau
selama ini Iwan sangat memperhatikan diriku. Lalu dengan tenang Iwan mulai
meremas dadaku lagi, aku cuma diam menerima apa yang bakal dia lakukan. Kedua
jari-jari tangannya aktif meremas kedua payudaraku, apa lagi saat jari-jari itu
mulai memilin dan kemudian memelintir kedua puting susuku. Rasa nikmat yang
luar biasa dari dada itu menyebar ke seluruh badanku, sehingga membuat tubuhku
bergetar dan mengerang halus. Tiba-tiba semua kenikmatan itu terhenti, tapi ada
sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku membuka
mata sebentar, ternyata Iwan sedang asyik menjilati putingku dan sesekali
menghisap-hisapnya.
Aku terus meresapi setiap kenikmatan yang dihasilkan oleh
permainan lidah Iwan di dadaku, pelan-pelan kubuka mataku. Dan aku bisa
menyaksikan bagaimana Iwan menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Aku mendesah
panjang saat aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh vaginaku. Rupanya
jari-jari Iwan telah mengelus-elus vaginaku yang sudah basah sekali. Sambil
terus memainkan lidahnya di puting susuku yang sudah sangat mengeras, seperti
semalam sambil menghisap lidahnya memutar-mutar puting susuku, sesekali dia
menggigitnya sehingga aku menjadi berkelojotan tak tertahankan. Saat aku
terengah-engah mengambil nafas, Iwan memindahkan serangannya ke arah
selangkanganku.
Aku menarik nafas dalam-dalam sewaktu lidahnya yang basah dan
hangat pelan-pelan menyentuh vaginaku, aku mendesah tertahan saat lidahnya naik
ke klitorisku dan menyentuhnya. Kemudian dengan lihainya Iwan memelintir klitorisku
dengan bibir hingga benar-benar membuatku merem-melek keenakan. Aku seperti
tersetrum karena tidak tahan, melihat itu Iwan semakin ganas memelintir
klitorisku.
“Euh.. Ah.. Ah.. Ach.. Aw..”
Aku sudah tidak tahu bagaimana keadaanku waktu itu, yang jelas
mataku buram, semua serasa memutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti
orang yang baru lari marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan
mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku yang bermula dari selangkangan
merambat ke pinggul lalu bergerak ke dada dan akhirnya membuat badanku
kejang-kejang tanpa bisa kukendalikan.
Iwan memandangi wajahku yang sedang menikmati puncak kenikmatan
yang telah dia berikan, sesungging senyum terlintas di sana. Aku mencoba
mengatur nafasku, dan sewaktu aku telah mulai tenang Iwan menyodorkan penisnya
yang.. wow, ternyata 2 kali lebih besar daripada milik suamiku.
Kini penisnya yang telah hampir
maksimal berdiri di depan mukaku, tangan kanannya digunakan untuk memegang
batang penis itu sementara tangan kirinya membelai rambutku dengan lembut. Aku
tahu dia mau dioral. Sudah 2 tahun aku tidak melakukannya sehingga ada rasa
jijik sedikit. Tapi rasanya tidak adil, dia sudah memuaskan aku, masa aku tolak
keinginannya.
Aku buka mulutku dan kujilat sedikit kepala penisnya, terasa
hangat dan membuatku ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi terus dan terus.
Iwan duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkannya telentang. Aku juga duduk di
ranjang, lalu aku membungkuk sedikit, aku pegang batang penisnya yang 2 kali
lebih besar daripada milik suamiku itu dengan tangan kiri dan tangan kananku
menahan badanku agar tidak jatuh saat mulutku sedang bekerja.
Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai kulum kepala penisnya.
Aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku tapi sayang tidak bisa
masuk semuanya. Kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku tapi masih ada
sisa beberapa centi lagi. Aku tidak mau memaksakannya, aku gerakkan naik turun
sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya memakai tangan kiriku.
Iwan sepertinya puas dengan permainanku, dia memperhatikan
bagaimana asyiknya aku mengkaraoke batang penisnya, sesekali dia membuka mulut
sambil sedikit mendesah. Sekitar 10 menit kemudian, masih juga belum ada
tanda-tanda kalau dia akan keluar. Lalu dia melepaskan batang penisnya dari
mulutku yang masih penasaran. Lalu Iwan berdiri dan mendorong tubuhku ke
ranjang sampai aku telentang.
Lalu dibukanya pahaku agak lebar dan dijilatinya lagi vaginaku yang
sudah kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah berukuran maksimal,
kemudian Iwan mengarahkan batang penisnya ke vaginaku, tapi tidak langsung dia
masukkan. Dia gosok-gosokkan kepala penisnya terlebih dulu ke bibir vaginaku,
baru beberapa detik kemudian dia dorong batang penisnya ke dalam.
Terasa sesuatu yang keras padat hangat dan besar memaksa masuk
ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah berlendir. Aku mulai
berkejap-kejap lagi merasakan bagaimana penisnya menggosok-gosok dinding vaginaku
hingga rasa nikmat yang luar biasa kembali menjalari tubuhku. Tiba-tiba penis
Iwan memaksa masuk terus melesak ke dalam vaginaku hingga membuat tubuhku
berkelojotan tak karuan menahan nikmat.
Lalu Iwan mulai menggerakkan pinggangnya naik turun. Penisnya
menggesek-gesek vaginaku, mula-mula lambat lalu semakin lama semakin cepat. Ada
rasa nikmat luar biasa setiap kali Iwan menusukkan penisnya dan menarik penis
itu lagi. Iwan semakin cepat dan semakin keras mengocok vaginaku, aku sendiri
sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus mengalir dari dalam
vaginaku.
Saat rasa nikmat itu semakin menggumpal dan hampir tumpah
keluar, tiba-tiba Iwan mencabut penisnya dari vaginaku. Dia tengkurap diatasku,
walau sudah lemas tapi aku tahu apa yang ingin Iwan lakukan. Lalu aku angkat
pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku sedikit sementara
tanganku menahan badanku agar tidak ambruk dan aku bersiap untuk ditusuk
olehnya dari belakang.
Iwan memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang, terus dia
kocok lagi vaginaku. Dari belakang kocokan Iwan tidak terlalu keras, tapi
semakin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku agar tidak ambruk, dan
aku rasakan tangan Iwan meremas-remas dadaku dari belakang, terus jari-jarinya
menggosok-gosok puting susuku hingga ini membuatku merasa seperti diserang dari
dua arah, depan dan belakang.
Iwan kembali mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kali ini
dimasukkannya ke dalam anusku. Dia benar-benar memaksakan penisnya masuk,
padahal inilah pertama kalinya ada batang penis yang menjelajahi lubang anusku.
Iwan sepertinya tidak peduli, dia mengocok anusku seperti mengocok vaginaku,
kali ini cuma tangan kirinya yang meremas dadaku sedangkan tangan kanannya
sibuk bermain-main di selangkanganku, dia masukkan jari tengahnya di vaginaku
dan jempolnya menggosok klitorisku.
Aku benar-benar melayang, tubuhku bergerak-gerak tak karuan dan
mataku berkejap-kejap keenakan. Anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok,
dadaku diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir dan vaginaku
dikocok-kocok juga pakai jari tengah. Aku benar-benar tidak kuat lagi, serasa
seperti ada aliran setrum yang menyerang tubuhku dan menyebar ke segala arah.
Bersamaan dengan itu aku merasa kepala penis Iwan membesar di dalam lubang
anusku. Secara bersamaan aku menjerit halus dan ambruk ke atas kasur, batang penisnya
sudah tidak bergerak-gerak lagi tapi kedua tangannya tetap aktif bergerak
membantuku meresapi setiap detik kenikmatan di setiap sendi tubuhku. Iwan lalu
membalikkan tubuhku kemudian menjilati kedua puting susuku.
Sambil menikmati sisa-sisa gelombang orgasme yang masih terus
menjalar, aku pegang rambut Iwan yang lumayan panjang dan kujambak. Setelah itu
aku melangkahkan kaki ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar kostnya.
Guyuran air yang dingin mengembalikan kesegaran tubuhku yang terasa linu di
sana-sini. Saat sedang asyik menikmati semua itu, ada ketokan halus dari arah
pintu. Kubuka pintu kamar mandi dan Iwan tampak terkesima menyaksikan tubuhku
yang telanjang bulat dengan rambut yang basah. Dia masuk dan langsung merangkul
tubuhku.
“Mandi dulu dong”, pintaku berbisik di telinganya.
Ternyata dia mau menurut dan langsung mengguyur badannya dengan
air, kemudian Iwan menyabuni tubuhnya dengan sabun cair. Melihat tubuh kekar
yang berotot itu basah oleh air, gairahku mulai naik kembali.
Selama ini aku belum pernah bercinta sambil mandi dengan
suamiku, mungkin inilah kesempatan untukku, batinku. Kudekati tubuh Iwan,
kuambil sedikit sabun cair lalu kuoleskan ke telapak tanganku. Setelah itu
kusabuni tubuhnya, pertama ke dadanya yang bidang, lalu turun ke perutnya yang
berotot dan akhirnya ke arah batang penisnya yang sudah berdiri tegak kembali.
Melihat batang kejantanannya yang membesar dan mengeras itu
membuatku bergidik dan gemas. Pelan-pelan kuoleskan sabun ke penisnya lalu
kuusap-usap lembut batang penis yang perkasa itu. Kulihat Iwan mulai gelisah,
sehingga kutingkatkan gerakan tanganku menjadi sebuah kocokan tapi tetap
lembut. Kulihat gerakan tubuh Iwan semakin tidak beraturan, mau keluar rupanya
dia, batinku.
Tiba-tiba Iwan menarik tanganku dan melepaskannya dari batang
penisnya. Lalu Iwan ganti menyabuni tubuhku, mula-mula dia menggosok kedua
tanganku terus kedua kakiku. Sampailah gerakan menyabunnya pada daerahku yang
vital. Lalu Iwan berdiri di belakangku. Kemudian dia merangkulku dan mulai menyabuni
kedua payudaraku dengan telapak tangannya yang besar dan lebar. Aku berusaha
bertahan agar tidak mengeluarkan suara desahan, tapi apa mau dikata saat dia
mulai memelintir puting susuku sebuah desahan panjang keluar juga dari bibirku.
Puas bermain di sekitar dada, usapannya merangkak ke bawah
melewati perutku dan terus turun hingga akhirnya sampai di liang senggamaku.
Aku kembali merintih saat Iwan mengusap liang vaginaku dengan lembut, busa
sabun hampir menutupi permukaan lubang vaginaku. Saat gerakanku semakin liar,
Iwan menarik tangannya dari bawah pahaku dan mengguyur tubuh kami berdua dengan
air yang dingin menyejukkan. Aku lalu membalikkan tubuhku sehingga kini kami
saling berhadapan, tinggi badanku hanya sampai kening Iwan.
Kucium bibirnya dan dia membalasnya, gerakan lidahnya yang liar
menari-nari di dalam rongga mulutku dan aku sangat menikmatinya. Tangan kami
pun tidak tingal diam, dia menyentuh payudaraku dan aku pun menyentuh batang
kejantanannya yang berdiri tegak perkasa. Terjadilah perang gerakan tangan
antara kami berdua, Iwan asyik meremas dan memelintir sepasang puting susuku
sambil sesekali menghisap dan menggigitnya. Sementara aku mencoba
mengimbanginya dengan terus aktif mengocok batang penis Iwan yang sudah sangat
keras. Desahan nafas dan rintihan kenikmatan kami berdua memenuhi semua sudut
kamar mandi itu.
Setelah kurasa cukup, secara perlahan kubimbing batang penisnya
untuk memasuki lubang vaginaku. Kulebarkan sedikit kakiku agar batang
kejantanan Iwan dapat lebih mudah memasuki liang vaginaku. Secara perlahan
batang penis itu mulai menerobos liang senggamaku yang seakan menyedotnya.
Kubiarkan sejenak rasa nikmat itu menjalari semua sendi tubuhku, lalu
kulilitkan tanganku ke lehernya. Lalu Iwan menggendongku dan menyandarkan tubuhku
ke dinding kamar mandi. Kemudian Iwan mulai menggoyang pinggulnya yang membuat
batang kejantanannya keluar masuk di lubang vaginaku. Rasa nikmat luar biasa
menderaku saat batang penis Iwan menghunjam ke dalam liang senggamaku. Sekitar
sepuluh menit kemudian rasa nikmat itu mulai menjalari tubuhku, dan akhirnya
sebuah erangan panjang menyertai ledakan orgasme yang menghantam tubuhku.
Iwan berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan padaku
menikmati orgasme yang kesekian kalinya. Setelah melihat nafasku yang kembali
teratur, dia kembali melanjutkan gerakan pinggulnya yang semakin cepat dan
tajam. Aku tak menyangka kalau gerakannya itu bisa kembali membuatku merasakan
detik-detik menjelang orgasme. Saat Iwan menjerit dan menumpahkan spermanya ke
dalam lubang vaginaku, saat itulah aku merasa tubuhku seakan disetrum dan
kembali ledakan orgasme menderaku. Padahal baru lima menit yang lalu aku
mencapai klimaks. Setelah cukup tenang, aku menarik wajah Iwan lalu menciumnya
lembut.
“Wann.. Kakak boleh nanya nggak?”, ucapku membuka pembicaraan.
“Apa itu Kakak sayang..?”, bisiknya lembut di telingaku.
“Apa kamu sudah pernah melakukan ini dengan Lisa.. Atau dengan
cewek lain?”, tanyaku lembut. Dia tersenyum menatapku, lalu ia memelintir kedua
puting susuku sehingga aku mendesah kecil, lalu dia berbisik..
“Kak I’in adalah orang pertama yang menikmati batang
kejantananku”.
Astaga, ternyata pada saat Iwan bercinta denganku dia masih
perjaka, tapi aku tidak begitu saja percaya dan sepertinya Iwan bisa melihatnya
dari air mukaku. Lalu ia berkata bahwa dia rajin membaca buku dan cerita
mengenai seks, selain itu dia juga sering menonton film BF untuk mencari
trik-trik baru. Dan saat bersamaku dia mengeluarkan semua ilmu yang telah
didapatnya, dan yang membuatku lebih kaget lagi adalah dia mengatakan bahwa itu
pun belum semua ilmunya dikeluarkan.
Karena periode datang bulanku dan kepulangan suamiku dari
tempatnya bekerja, membuat hubunganku dengan Iwan agak terganggu. Praktis
selama dua minggu lebih kami tidak melakukan pertemuan sejak hubungan seks
pertama yang kami lakukan. Memang pernah sekali dia datang ke rumahku tapi itu
hanya untuk menemani Lisa adikku yang juga pacarnya.
Selama dua minggu itu, aku selalu terbayang-bayang bagaimana
perkasanya Iwan saat sedang mencumbuku malam itu, bahkan saat sedang bercinta
dengan suamiku, yang kubayangkan saat sedang memasukkan batang kejantanannya ke
liang senggamaku adalah Iwan.
Dan siang itu, setelah suamiku kembali ketempat dia bekerja, aku
mendapat SMS dari Iwan yang mengatakan bahwa dia sangat kangen padaku dan ingin
bertemu di sebuah mall yang cukup terkenal di kota kami. Aku segera bersiap
sambil mengkhayalkan apa yang akan kami lakukan siang ini.
Setelah mengenakan celana kain ketat berwarna hitam lalu BH yang
juga berwarna hitam yang menjadi pilihanku untuk menopang sepasang payudaraku
yang menggantung indah. Dengan baju kaus warna putih yang agak kekecilan
sehingga memamerkan lekuk tubuhku yang tak kalah dengan anak remaja. Aku segera
bergegas pergi ke Mall dengan taksi yang kupesan melalui telepon.
Setelah membayar ongkos taksi, aku segera melangkahkan kaki ke
dalam mall yang cukup megah itu. Lalu aku menunggu di suatu tempat yang mana
dari tempat itu kita akan bisa melihat hampir ke seluruh sudut ruangan. Saat
sedang asyik memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang, ada tangan yang
merangkul pinggangku dan disertai sebuah ciuman di pipi.
“Halo Kak I’in.. Apa Kabar? Aku kangen loh..” sapanya sopan.
“Baik.. Kangen ketemu.. Atau kangen yang lain..?” godaku.
“Ah kakak.. Paham aja..” sahut Iwan sambil meremas pelan pantatku.
Kemudian kami berbincang-bincang sejenak untuk menghilangkan
kekakuan. Berkali-kali Iwan memuji penampilanku saat itu yang katanya tidak
seperti seorang ibu yang telah memiliki dua orang anak, tetapi lebih mirip seorang
perawan yang minta diperawani. Aku merasa malu dan langsung mencubit
pinggangnya sehingga dia berteriak dan membuat beberapa orang yang lewat
menoleh ke kami. Lalu Iwan menarik pinggulku untuk segera beranjak pergi dari
sana.
Dengan mesra kulingkarkan tanganku ke pinggang Iwan, sementara
tangan Iwan semakin sering meremas-remas sepasang pantatku yang terlihat
kencang dibalut celana kain yang ketat. Aku menunggu sebentar di luar mall, tak
berapa lama Iwan datang dengan motornya. Lalu aku membonceng ke motor itu dan
melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya sementara sepasang payudaraku
menempel di punggung Iwan yang lebar.
Sepanjang perjalanan, Iwan terus bercerita bagaimana dia sangat
ingin bertemu lagi denganku, sementara aku hanya berdiam menempelkan dadaku ke
punggungnya. Begitu sampai di tempat kostnya, Iwan memintaku naik duluan karena
ia masih harus memarkir motor. Beberapa mata mengawasiku saat melangkahkan kaki
ke kamar Iwan, entah karena penampilanku atau karena aku pernah bermalam di
sini. Setelah membuka pintu aku melangkah masuk dan menutupnya lagi,
kuperhatikan seisi kamar masih rapi seperti terakhir kali saat aku berkunjung
dan bercinta di sini.
Tak lama aku mendengar suara pintu dibuka lalu ditutup lagi,
kemudian ada suara langkah kaki yang mendekat ke arahku. Kemudian sepasang
tangan yang kokoh merangkul pinggangku, dan sebuah kecupan halus mendarat di
leherku. Kuletakkan tanganku di kedua tangan Iwan yang sedang merangkulku,
kemudian kecupan bibirnya bergerak ke arah sisi lain leherku. Perlahan tapi
pasti rangsangan itu mulai merasuk ke tubuhku, ini kurasakan dari payudaraku
yang mulai mengencang dan liang vaginaku yang mulai basah.
Lalu kecupan di leher itu mulai berubah menjadi jilatan di
sekitar leherku. Sementara tangan Iwan sudah mulai menelusup masuk ke dalam
bajuku dari arah depan. Aku memejamkan mataku saat tangan itu mulai
mengusap-usap perutku, jarinya berputar-putar di sekitar lubang pusarku hingga
menimbulkan sensasi geli tertahan. Kemudian tangan itu bergerak ke atas sambil
menyingkap bajuku, sementara kecupan dan lidah Iwan menyerang telingaku sebelah
kanan. Ini membuatku mendesah halus.
“Buka matanya dong sayang..” bisiknya halus di telingaku.
Perlahan aku membuka kedua mataku, dan entah kapan ternyata Iwan
telah memindahkan posisiku yang kini menghadap ke arah cermin lemari
pakaiannya. Di cermin itu aku menyaksikan bahwa tangan Iwan telah sampai ke
buah payudaraku, sementara kaus yang kukenakan sudah tersingkap setengahnya. Lalu
kedua tangan Iwan mulai meremas lembut sepasang payudaraku yang masih berbalut
BH, mataku menyipit dan dari bibirku keluar suara mendesah yang halus menikmati
remasan tangannya pada dadaku.
Lalu Iwan melepaskan baju kaus yang masih menggantung di leherku
sehingga kini tubuh atasku hanya mengenakan BH hitam yang kontras dengan warna
kulitku yang putih kekuning-kuningan. Aku merasakan di punggungku ada benda
hangat yang bergerak turun dengan perlahan. Dengan giginya Iwan membuka kaitan
pada bagian belakang BH-ku, dan dengan gerakan yang lembut akhirnya BH hitam
itu melayang jatuh ke lantai. Seperti dikomando, semua aktivitas Iwan di
tubuhku berhenti serempak.
“Kakak punya sepasang susu yang sangat indah..” bisiknya di
telingaku. Aku melihat ke arah cermin dan bola mata Iwan tampak sangat bersinar
terbakar oleh kobaran api birahi.
“Aku nggak bosan.. dan tak akan pernah bosan melihat.. menikmatinya..” bisik
Iwan sambil mencium pipiku. Aku menjadi terharu mendengar perkataannya hingga
rasa sayang dan hasrat birahiku semakin menjadi-jadi padanya.
Aku bisa merasakan nafasnya mulai memburu dan berat. Dengan
pasti bibir kami saling bertemu, pertama-tama hanya ciuman ringan. Kemudian
mulai menjadi liar tak terkendali lagi, mataku kembali terpejam menikmati
setiap sensasi yang kualami. Kusambut serangan lidah Iwan yang bergerak-gerak
liar di dalam rongga mulutku. Selama beberapa saat lidahku dan lidah Iwan
bergulat bagai dua naga langit yang sedang bertarung. Secara tiba-tiba Iwan
mencengkeram kedua payudaraku dengan keras hingga membuatku melenguh keras dan
kakiku limbung seolah tanpa pijakan.
Entah mengapa ia melakukannya tapi itu memberikan sensasi luar
biasa pada diriku. Aku hanya bisa pasrah sambil tanganku meremas rambut Iwan .
Selama beberapa detik ia menahan posisi itu sehingga membuat nafasku mulai
menjadi sesak, lalu secara perlahan dia melepas cengkeraman tangannya dan aku
segera menghirup udara segar sepuas-puasnya. Tangan Iwan kembali bekerja dengan
lembut di kedua buah payudaraku. Sesekali tangan nakal itu memilin-milin puting
susuku kemudian meremasnya lagi dengan lembut, lalu puting susuku ditekan dan
ditarik sampai membuatku menjerit pelan karena sensasi nikmat yang
ditimbulkannya.
Sambil duduk di tepi kasur Iwan memutar tubuhku hingga kini kami
saling berhadapan, sementara kepalanya tepat berada di depan payudaraku yang
telah mengeras dengan putingnya yang telah memerah. Sebuah senyum simpul
terlukis di wajahnya, lalu dia membenamkan wajahnya di belahan kedua
payudaraku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat di sana, kemudian
seperti seekor anjing yang sedang mengendus bebauan, hidung Iwan bergerak
mengitari kedua payudaraku, ini menambah rasa geli dan nikmat yang kurasakan.
Akhirnya mulutnya memangsa salah satu puting susuku yang telah
memerah dan mengeras. Di dalam mulutnya putingku mendapat serangan yang teramat
dahsyat, lidah itu bergerak melingkar-lingkar di putingku sementara giginya
menggigit-gigit halus buah dadaku. Iwan melakukannya bergantian pada kedua
payudaraku. Dan ini sangat menyiksa batinku hingga kulampiaskan dengan
menjambak rambut iwan yang gondrong ikal itu.
Kedua tangan Iwan mulai turun ke arah pantatku dan mulai
meremasnya dengan lembut. Hisapan, jilatan dan gigitan pada payudaraku, dan
remasan pada sepasang pantatku yang kencang membuatku semakin tak dapat
mengontrol diri. Aku bisa merasakan bagaimana selangkanganku sudah sangat basah
dan lembab, sementara belum ada tanda-tanda bahwa Iwan akan segera
menyelesaikan permainannya pada bagian-bagian sensitif pada tubuhku. Tangannya
tetap asyik bekerja di pantatku dan mulutnya terus aktif memangsa sepasang
payudaraku.
Ada rasa lega saat Iwan mulai membuka resleting celanaku, dan
saat ia memerosotkannya ke bawah tampaklah pemandangan yang pasti akan membuat
setiap lelaki akan lupa diri jika melihatnya. CD putih yang kukenakan sudah
sangat basah sehingga mencetak jelas apa yang ditampungnya di sana. Rambut
vaginaku yang tebal karena belum sempat dicukur sudah basah oleh lendir yang
keluar dari liang senggamaku dan mengeluarkan bau khusus yang merangsang.
“Wah sudah basah banget nih Kak.. Gimana dong..?” godanya nakal.
“Kamu sich nakal.. Bikin kakak terangsang hebat.. Pokoknya kamu harus tanggung
jawab San” bentakku pura-pura dongkol.
dengan sekali sentak aku merasa melayang dan saat tersadar,
tubuhku sudah terbaring di kasur tanpa ada benang yang melekat pada tubuhku.
Lalu Iwan naik ke atas kasur dan langsung menindih tubuhku. Dengan nakal dia
mencium bibirku lembut dan saat aku ingin membalasnya, bibirnya sudah bergerak
turun ke arah leher sampai akhirnya mendarat di dadaku. Di sini bibir itu
berhenti sejenak untuk menetek pada sepasang payudaraku, setelah puas di sana
bibir itu kembali bergerak turun. Dan ketika mulai menyentuh rambut kemaluanku,
bibir itu kembali berhenti dan menjulurkan lidahnya untuk menjilat perbatasan
antara bagian yang berambut dan yang tidak.
Aku yang benar-benar telah terbakar oleh birahi jadi tak sabar.
Kujambak rambut Iwan dan kuarahkan kepalanya ke arah pangkal pahaku. Sebuah
lenguhan panjang keluar dari sepasang bibirku saat lidah Iwan menyentuh bibir
vaginaku.
“Kakak cantik dan seksi sekali, Sayang..” katanya dngan suara
parau pertanda bahwa dia juga sudah sangat terangsang.
Setelah itu Iwan membentangkan kedua belah pahaku lebih lebar,
kemudian kepalanya kembali tenggelam di selangkanganku. Tanpa membuang waktu,
bibir Iwan mulai melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Tubuhku
menggelinjang hebat, sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung
meremas-remas kedua buah payudaraku.
Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan
meremas buah dadaku yang kenyal dan putih ini. Lidahnya yang hangat mulai
menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku terangkat ke
atas saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir vaginaku. Diringi desahan dan
erangan dari bibirku, tanganku menarik kepala Iwan lebih ketat agar lebih kuat
menekan selangkanganku, sedangkan pantatku selalu terangkat seolah menyambut
wajah Iwan yang masih tenggelam di selangkanganku.
Aku semakin megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang
amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-geliat
seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah
Iwan menjilat dan melumat bibir kemaluanku. Aku semakin melayang dan seolah
terhempas ke tempat yang kosong. Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan
tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir
Iwanmenyedot klitorisku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik klitorisku.
“Akhh.. Akhh.. Ohh..”
Dengan diiringi jeritan panjang akhirnya aku merasakan orgasme
yang teramat nikmat. Benar-benar pandai memainkan lidah si Iwan ini, pikirku,
hingga pantatku secara otomatis terangkat dan wajah Iwan semakin ketat membenam
di antara selangkanganku yang terkangkang lebar. Napasku tersengal-sengal
setelah mengalami orgasme yang sangat hebat tadi.
Lalu dengan tenang Iwan membersihkan cairan kenikmatan yang
masih terus mengalir keluar dari liang senggamaku, sementara aku masih
menetralisir aliran nafasku yang tersengal-sengal setelah mencapai puncak
orgasme yang luar biasa. Rasanya seluruh tubuhku remuk dan pegal, kemudian Iwan
pamit ke kamar mandi untuk berkumur sebentar.
Beberapa saat kemudian dia kembali sudah dalam keadaan telanjang
bulat dan langsung berdiri di samping kepalaku dengan batang kejantanannya
berdiri tegak menantang ke arahku. Aku merinding melihat besarnya batang pelir
milik Iwan dan saat membayangkan bagaimana rasanya saat batang kontol yang
besar itu memasuki liang vaginaku. Hasrat yang sempat turun itu mulai naik
lagi. Saat tanganku hendak memegangnya, Iwan bergerak mundur hingga membuatku
menjadi bingung.
“Hari ini biarkan aku saja yang muasin Kakak ya..” ucap Iwan
sambil duduk di tepi kasur.
“Maksud kamu..? Kakak nggak ngerti San..?” tanyaku bingung.
“Hari ini aku pengen sepuasnya menikmati setiap inci tubuh Kakak” katanya
tersenyum sambil membelai rambutku yang awut-awutan.
“Hari ini aku pengen membuat kakak mencapai kenikmatan sampai mau pingsan..
Boleh ya Kak..?” pintanya memelas.
“Ya udah.. Terserah kamu aja..” jawabku, walaupun sebenarnya aku tidak begitu
paham dengan apa yang dia inginkan.
Kemudian dengan tersenyum Iwan mencium keningku yang dilanjutkannya
dengan mencium kedua mataku, lalu bibirnya mengecup hidung dan kedua pipiku.
Setelah menggosok-gosokkan hidungnya dengan hidungku, bibirnya mengecup pelan
bibirku. Dengan mesra aku melingkarkan kedua tanganku pada lehernya dan
menariknya agar lebih puas, aku ingin menikmati permainan lidahnya dalam
mulutku karena tadi aku merasa lidah itu terlalu cepat turun ke bawah.
Lidah Iwan mulai menari-nari di dalam rongga mulutku, dengan
lihainya lidah itu menelusuri setiap sudut rongga mulutku seolah memiliki mata.
Sementara gerakan lidahku tidak dapat mengimbangi pergerakan lidah Iwan yang
sangat liar. Dan itu menimbulkan sensasi nikmat yang memabukkan. Apa lagi saat
kedua tangan Iwan mulai meremas-remas kedua buah payudaraku yang telah mengeras
lagi. Payudara berukuran 34B itu seakan tenggelam dalam genggaman tangannya
yang besar.
Iwan lalu memegang batang kemaluannya dan ditusukkannya ke
celah-celah bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Dengan lembut dia
mendorong pantatnya sampai akhirnya ujung kemaluan Iwan berhasil menerobos
bibir kemaluanku hingga membuat tubuhku menggeliat hebat ketika ujung kemaluan
yang besar itu mulai menyeruak masuk. Perlahan namun pasti rasa nikmat mulai
kurasakan dari arah selangkanganku.
Kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir berteriak
histeris. Sungguh batang kemaluan Iwan luar biasa nikmatnya. Liang kemaluanku
serasa berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi batang kemaluan Iwan yang
bergerak maju mundur secara perlahan. Dia terus menerus mengayunkan pantatnya,
sementara keringat kami berdua semakin deras mengalir dan mulut kami masih
terus berpagutan.
“Akkhh.. Wwaann..” aku menjerit perlahan saat kurasakan betapa
batang kemaluan Iwan menyeruak semakin dalam dan serasa begitu sesak memenuhi
liang senggamaku. Batang penisnya terasa berdenyut-denyut dalam jepitan liang
vaginaku. Apa lagi lidah Iwan yang panas mulai menyapu-nyapu seluruh leherku
dengan ganasnya hingga bulu kudukku serasa merinding di buatnya.
Aku tak sadar saat Iwan kembali mendorong pantatnya hingga
batang kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku semakin menyeruak
masuk. Aku yang sudah sangat terangsang menggoyangkan pantatku untuk
memperlancar gerakan batang kemaluan Iwan dalam liang kemaluanku. Kepalaku
bergerak-gerak liar merasakan sensasi hebat yang sedang kualami. Liang
kemaluanku semakin berdenyut-denyut dan ada semacam gejolak yang meletup-letup
hendak pecah dari dalam diriku.
Bless.., dengan perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar
itu melesak ke dalam lubang kenikmatanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh
batang kemaluan Iwan yang besar itu.
“Hebat Kak.. Gak terasa kalau lubang kakak ini sudah dua kali
ngeluarin anak..” puji Iwan. Ini membuatku semakin merasa bangga dan bahagia.
Terasa kehangatan batang kemaluannya dalam jepitan liang
kemaluanku. Batang kemaluan Iwan mengedut-ngedut dalam jepitan lubang
kenikmatanku. Kemudian dengan perlahan sekali Iwan mulai mengayunkan pantatnya
hingga kurasakan batang kejantanannya menelusuri setiap inci liang
kenikmatanku. Ini menimbulkan sensasi yang teramat nikmat untukku. Aku tak
sempat mengerang karena tiba-tiba bibir Iwan sudah melumat bibirku. Lidahnya
menyeruak masuk ke dalam mulutku dan mencari-cari lidahku. Aku pun membalasnya.
Iwan mendengus perlahan pertanda bahwa birahinya sudah mulai
meningkat sementara gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam liang
kemaluanku. Aku dapat merasakan bagaimana batang kontolnya yang keras
menggesek-gesek dinding vaginaku. Aku pun mengerang dan tubuhku bergerak liar
menyambut gesekan batang kejantanannya. Pantatku mengangkat ke atas seolah-olah
mengikuti gerakan Iwan yang menarik batang kejantanannya dengan cara menyentak
seperti orang memancing sehingga hanya ujung batang kejantanannya yang masih
terjepit di dalam lubang kenikmatanku.
Lalu ia mendorong batang kejantanannya secara perlahan hingga
ujungnya seolah menumbuk perutku. Iwan melakukannya berulang-ulang. Aku merasa
ada semacam sentakan dan kedutan hebat saat Iwan menarik batang kemaluannya
dengan cepat. Gerakannya ini membuat napasku semakin terengah-engah dan
merasakan kenikmatan yang terus naik dan tak tertahankan. Besarnya batang
kejantanan Iwan membuat liang vaginaku terasa sempit. Sangat terasa sekali
bagaimana nikmatnya batang kemaluan Iwan menggesek-gesek dinding liang vaginaku.
Secara refleks aku pun mengimbangi genjotan Iwan dengan
menggoyang pantatku. Semakin lama genjotan Iwan semakin cepat dan keras,
sehingga tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Slep.. slep.. slep.. demikian
bunyi gesekan batang kejantanan Iwan saat memompa liang kemaluanku.
“Akhh..! Akkhh..! Oohh..!” erangku berulang-ulang. Benar-benar
luar biasa sensasi yang kudapatkan. Iwan benar-benar menyeretku ke surga
kenikmatan, aku kembali merasa seperti gadis perawan yang sedang melepaskan
mahkotanya.
Tak berapa lama kemudian aku merasakan nikmat yang luar biasa
dari ujung kepala hingga ujung kemaluanku. Tubuhku menggelepar-gelepar di bawah
genjotan Iwan. Aku menjadi lebih liar dan menyedot-nyedot lidah Iwan dan
kupeluk tubuhnya erat-erat seolah takut terlepas.
“Ooh.. Oh.. Akhh..!” aku menjerit ketika hampir mencapai puncak
kenikmatan. Tahu bahwa aku hampir orgasme, Iwan semakin kencang menggerakkan
batang kemaluannya yang terjepit di liang kenikmatanku. Saat itu tubuhku
semakin menggelinjang liar di bawah tubuh Iwan yang kekar. Tak lama kemudian
aku benar-benar mencapai klimaks.
“Oohh.. Aauuhh.. Oohh..!” jeritku tanpa sadar. Secara refleks
jari-jariku mencengkrram punggung Iwan. Pantatku kunaikkan ke atas menyongsong
batang kemaluan Iwan agar bisa masuk sedalam-dalamnya. Lalu kurasakan liang
senggamaku berdenyut-denyut dan akhirnya aku merasakan sedang melayang, tubuhku
serasa ringan bagaikan kapas. Aku benar-benar orgasme! Gerakanku semakin
melemah setelah mencapai puncak kenikmatan itu. Iwan lalu menghentikan gerakannya.
“Enak kan Sayang..” bisik Iwan lembut
sambil mengecup pipiku. Aku hanya terdiam dan wajahku merona karena rasa malu
dan nikmat. Iwan yang belum mencapai klimaks membiarkan saja batang
kejantanannya terjepit dalam liang kemaluanku. Iwan sengaja membiarkan aku
untuk menikmati sisa-sisa kenikmatan itu. Aku kembali mengatur napasku,
sementara aku merasakan batang kemaluan Iwan mengedut-ngedut dalam jepitan
liang senggamaku. Tubuh kami berdua sudah mengkilat karena peluh yang
membanjiri tubuh kami berdua. Hanya kipas angin yang membantu menyejukkan kamar
kost mesum itu.
Setelah beberapa saat, Iwan yang belum mencapai klimaks kembali
menggerak-gerakkan batang kemaluannya maju mundur. Gerakannya yang perlahan,
lembut dan penuh perasaan itu kembali membangkitkan birahiku yang telah sempat
menurun. Kugoyangkan pinggulku seirama gerakan pantat Iwan . Rasa nikmat
kembali naik ke ubun-ubunku saat kedua tulang kemaluan kami saling beradu.
Gerakan batang kemaluan Iwan semakin lancar dalam jepitan liang senggamaku.
Aku yang sudah cukup lelah hanya dapat bergerak mengimbangi
ayunan batang kemaluan Iwan yang terus memompaku. Iwan semakin lama semakin
kencang memompa batang kemaluannya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya
menciumi pipi dan leherku dan kedua tangannya meremas sepasang payudaraku yang
indah. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu, nafsuku kembali merambat
naik menuju puncak. Dapat kurasakan bagaimana kenikmatan mulai kembali
menjalari seluruh tubuhku.
Bermula dari selangkanganku, kenikmatan itu menjalari putingku
dan naik ke ubun-ubun. Aku balik membalas ciuman Iwan. Pantatku bergerak
memutar mengimbangi batang kemaluan Iwan yang dengan perkasanya menusuk-nusuk
lubang vaginaku. Gerakan Iwan semakin liar dengan napas yang mendengus tak
beraturan. Pantatku kuputar-putar, kiri-kanan semakin liar untuk menggerus
batang kejantanan Iwan yang terjepit erat di dalam lubang kenikmatanku.
Aku pun semakin tak bisa mengontrol tubuhku hingga kusedot lidah
Iwan yang menelusup masuk ke dalam mulutku. Tubuh Iwan mengejat-ngejat seperti
orang yang terkena setrum karena rasa nikmat yang luar biasa. Kemudian jeritan
panjang memenuhi ruangan kost itu saat aku mencapai orgasme untuk yang kesekian
kalinya. Sementara gerakan tubuh Iwan mulai mengejat-ngejat tak beraturan.
“Ough.. Ough.. Ughh..!” Dengan napas yang terengah-engah, Iwan
yang berada di atas tubuhku semakin cepat menghunjamkan batang kejantanannya.
Lalu.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Aku bisa merasakan bagaimana
batang kejantanan Iwan menyemprotkan air maninya dalam kehangatan liang
senggamaku. Matanya membeliak dan tubuhnya berguncang hebat. Batang kejantanan
Iwan pun mengedut-ngedut dengan kerasnya saat menyemburkan air maninya. Aku
bisa merasakan ada semprotan hangat di dalam sana, nikmat sekali rasanya. Kami
mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.
“Teruss.. Teruss.. Putarr.. Sayanghh..!” dengus Iwan. Aku
membantunya dengan semakin liar memutar pinggulku. Setelah beberapa saat,
tubuhnya ambruk menindih tubuhku dengan batang kemaluan yang masih menancap
pada liang vaginaku. Kurasakan ada cairan yang mengalir keluar dari liang
kemaluanku. Napas kami menderu selama beberapa saat setelah pergumulan nikmat
yang melelahkan itu. Lalu kupeluk tubuh Iwan yang basah oleh keringat, kuciumi
seluruh wajahnya.
“Thank’s ya San.. Kamu memang sangat perkasa.. Lisa sangat
beruntung memilikimu..” bisikku di telinganya.
“Kak I’in juga.. Jangan menolak kalau lain kali aku pengen bercinta lagi dengan
kakak ya..” balasnya. Aku mengangguk perlahan.
Lima belas menit kemudian aku membersihkan diri di kamar mandi
sementara Iwan masih berbaring mengatur napasnya. Saat mengenakan pakaian dan
celana, Iwan masih mencuri kesempatan untuk meremas kedua dadaku dan mencium
bagian belakang leherku. Atas permintaannya, BH dan CD yang kupakai saat itu
kuberikan pada Iwan sebagai tanda mata bahwa hubungan kami tak akan berhenti
sampai di sini saja.