Cerita Mesum

Hanya waktu lebaran kami sekeluarga bisa pulang kampung di mertuaku, kami selalu berangkat dahulu sebelum lebaran satu minggunan sebelumnya, kami mudik dengan mobil pribadi dimana anak anak saat itu masih kecil, sebelum ke rumah mertua aku sempatkan pergi ke rumah omku, aku dan om akrab karena dia dulu pernah ikut orang tuaku saat bersekolah di Bogor.
Kalau hari libur semesteran, aku sering diajaknya pulang ke Redjo Legi untuk mencari belut. Depan halaman rumahnya yang hingga kini merupakan sawah yang terbentang luas, menyediakan banyak belut untuk kami tangkap dan kami goreng. Nostalgia macam itulah yang membuatku selalu menyempatkan diri, mampir ke rumah Om setiap kali aku pulang mudik.
Tidak ada yang begitu berubah di rumah Om sejak dulu. Rumahnya yang berdinding gedek kulit bambu itu terasa sangat nyaman. Bagusnya dinding gedek macam itu adalah fungsi sirkulasi udaranya yang sangat bagus, disebabkan gedeknya bercelah-celah, karena jalinan bambunya yang tidak mungkin bisa rapat benar.

Kemudian di pagi hari, sinar matahari akan menembus celah-celah gedek itu, sehingga panasnya cukup untuk membangunkan kami, yang tentunya masih bermalas-malasan di amben. Suatu istilah setempat untuk balai-balai tempat tidur, yang terbuat dari bambu. Hanya saja rumah itu sekarang terasa lebih lega disebabkan renovasi yang dilakukan Om beserta istri.
Om sendiri walaupun saat ini usianya sudah lebih dari 50 tahun, tepatnya 54 tahun, 12 tahun di atas umurku dan 18 tahun di atas umur istriku, sosoknya masih gagah dan sehat. Tubuhnya yang 180 senti itu tampak tegap, kekar dan berisi. Khas tubuh seorang petani dan guru bela diri.
Empat tahun yang lalu Bu Lik meninggal dunia karena sakit sehingga kini Om menjadi duda. Untuk menopang kegiatannya sehari-hari, Om dibantu pelayan kecil dari kampungnya untuk mencuci pakaiannya dan masak ala kadarnya.
Apabila sudah tidak ada lagi yang dikerjakannya, dia pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari rumah Om. Kedua anaknya sendiri sudah bekerja di lain kota, dan mereka baru pulang kalau lebaran tiba. Sama seperti tradisi di keluargaku umumnya. Akhirnya Om menjadi terbiasa hidup sendirian.
Sanak saudaranya yang lain termasuk aku, sering menyarankannya untuk kawin lagi. Agar ada perempuan yang membuatkannya kopi di pagi hari atau menjadi pasangannya saat bertandang ke acara keluarga.
Namun sampai saat ini Om masih belum juga menemukan jodohnya yang sesuai. Walaupun pendidikannya cukup tinggi, waktu itu sudah menyandang titel BA atau sarjana muda, kegiatannya sehari-hari adalah bertani dan mengajari seni bela diri kepada anak-anak tetangganya. Dalam hal bertani, dia menggarap sendiri sawahnya yang cukup luas ini.
Tahun ini aku dan istriku terpaksa pulang mudik berdua saja. Anak-anakku punya acara sendiri bersama teman-temannya yang susah aku pengaruhi untuk ikut menemani kami. Ya, sudah. Aku tidak suka memaksa mereka. Ketiganya sedang beranjak dewasa dan harus bisa belajar mengambil keputusan sendiri.
Menjelang masuk kota Kroya jam menunjukkan pukul 2 siang saat aku merasa agak demam. Tubuhku melemah dan kepalaku mulai terasa pusing. Sambil berpesan agar menyupirnya tidak usah buru-buru, istriku memberi obat berupa puyer anti masuk angin yang selalu dia bawa saat bepergian jauh. Sesudah aku meminumnya, rasa tubuhku agak lumayan dan pusingku sedikit berkurang.
Tetapi tetap saja tidak senyaman kalau tubuh sedang benar-benar sehat. Menjelang masuk gerbang desa Redjo Legi menuju rumahnya Om, aku merasakan sakitku tak tertahankan lagi. Kupaksakan terus jalan pelan-pelan hingga tepat jam 5 sore, mobilku memasuki halaman rumah Om yang seperti biasanya, menyambut kami dengan sepenuh kehangatan.
Ketika dia tahu aku sakit, dia panggil embok-embok di kampungnya yang biasa mijit dan kerokan. Suatu kebiasaan orang Jawa kalau sakit, tubuhnya dikerok dengan mata uang logam untuk mengeluarkan anginnya. Ketika sakitku tidak juga berkurang, dengan ditemani istriku, Om mengantarkanku pergi ke dokter yang tidak jauh dari rumahnya.
Dalam perjalanan ke sana, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Tak urung tubuh kami bertiga pun menjadi basah. Untungnya jarak kami dengan klinik dokter itu sudah dekat, sehingga kami bisa cepat berteduh di sana. Tanpa khawatir pakaian kami menjadi basah kuyup karenanya.
Dari dokter itu, aku diberi obat dan disuruh banyak istirahat. Selesai berobat, ternyata hujan masih tetap deras di luar sana. Agak lama menunggu, Om menjadi tak sabar. Dia berinisiatif untuk pulang duluan, bermaksud menjemput kami dengan mobilku.
Aku dan istriku kompak keberatan dengan rencananya itu. Meskipun klinik sang dokter tidak begitu jauh dari rumah Om, sekitar 5 kiloan, kami merasa sangat tidak enak hati. Kami merasa telah banyak merepotkannya sejak kedatangan kami tadi. Om yang baik hati itu tetap bersikeras, hingga akhirnya kami mengalah.
Aku memperhatikan kepergiannya dengan perasaan khawatir bercampur kagum. Perasaan khawatir muncul karena aku tidak ingin paman kesayanganku itu jatuh sakit karena hujan-hujanan. Sedangkan kekagumanku timbul melihat sosoknya saat ini.
Kemeja kausnya yang basah kuyup oleh air hujan, membuat tubuhnya yang atletis itu tercetak jelas. Ketika pandanganku menoleh ke samping, aku bisa melihat pancaran kekaguman yang sama tersiar dari wajah istriku. Tias segera mengubah arah pandangannya begitu tahu aku memperhatikannya.
Dalam perjalanan pulang, tak sengaja aku melirik ke arah istriku. Kuperhatikan wanita itu tak lepas-lepasnya mengagumi Om secara diam-diam. Apalagi saat menjemput kami, Om hanya mengenakan kaus singlet tipis dan celana jeans biru ketat. Seakan-akan dia ingin memamerkan ketiaknya yang berbulu lebat, dan tubuhnya yang terpahat sempurna. Seketika itu juga aku merasa cemburu dan tidak nyaman dengan tingkah istriku itu….
Sepulangnya dari dokter, lagi-lagi Om membuatku takjub atas kebaikan hatinya. Dibantu istriku, Om merepotkan dirinya dengan menyediakan makan malam untuk kami bertiga. Waktu makan malam itu kami pakai untuk mengobrol dan bersenda gurau penuh keakraban, melepas kerinduan.
Ketika kami menanyakan di mana anak-anaknya, dengan senyuman ramahnya yang khas, Om menjawab bahwa keduanya masih memiliki kesibukan di kotanya masing-masing. Kesibukan itulah yang membuat mereka tidak bisa pulang mudik tahun ini. Seusai makan malam, istriku menyuruhku meminum obat.
Tak lama aku langsung diserang kantuk yang luar biasa. Rupanya dokter telah memberikan obat tidur padaku bersamaan dengan obat demamnya. Akupun langsung tertidur pulas.
Sekitar pukul 10 atau 11 malam, aku tidak begitu pasti, aku dibangunkan oleh suara berisik amben bambu, disertai suara desahan dan lenguhan halus dari kamar sebelah. Kantukku masih sangat terasa. Aku meraba-raba istriku tetapi tak kutemukan dia berbaring di sampingku. Aku menduga mungkin perempuan itu sedang buang hajat di kamar mandi belakang.
Di rumah Om, kamar-kamarnya memang tidak dilengkapi lampu. Cahaya dalam kamar cukup didapat dari imbas lampu besar di ruang tamu. Ruangan yang berbatasan dengan ruang keluarga itu, membuat cahayanya dapat tembus ke ruangan-ruangan lain di dalam rumahnya.
Suara amben yang terus mengganggu telingaku, ditambah suara desahan dan lenguhan yang semakin keras, memaksaku mengintip ke celah dinding di samping kananku.
Apa yang kemudian kulihat di sana langsung memukul diriku. Akupun menjadi terpana dan limbung. Kepalaku yang pusing karena sakit langsung kambuh seketika. Aku kembali terkapar dengan jantungku yang berdegup cepat.
Benarkah sepasang manusia yang sedang asyik bergumul setengah bugil itu Om dan Tias? Benarkah istriku telah tega mengkhianatiku? Benarkah Om yang kebaikan hatinya selalu membuatku takjub kepadanya, orang yang selalu menghiburku jika sedang sedih, orang yang baru saja mengantarkanku ke dokter, sedang menggauli istriku saat ini? Perempuan yang seharusnya dianggap sama dengan keponakannya juga?
Apakah kekuranganku Tias? Karena kesibukan kerja yang selalu merampas waktuku, membuatmu merasa berhak untuk menerima kenikmatan seksual dari orang lain? Termasuk dari pamanku sendiri? Apakah memang karena itu, sebagaimana yang sering kamu keluhkan padaku? Ataukah Om yang sudah 4 tahun menduda yang memulainya terlebih dahulu? Dia merayumu dan kamupun tak mampu menolaknya? Lelaki tua yang macho seperti diakah lelaki idamanmu?
Ah, sejuta pertanyaan yang aku tidak mampu menjawabnya karena semakin menambah pusing kepalaku. Sementara suara berisik dari amben itu menjadi semakin tak terkendali. Rintihan halus Tias dan desahan berat Om juga terdengar semakin jelas di telingaku.
Aku tak mampu bangun karena obat yang kuminum tadi dapat membuatku limbung kalau tidak ada yang menolongku. Aku hanya mampu mengintip dari celah dinding itu, tak mampu lebih jauh mencegah tindakan tak senonoh dari pasangan laknat tersebut.
Di sana kulihat Om sedang asyik mengayun-ayunkan penisnya, yang ukurannya membuatku takjub, ke lubang memek istriku. Dia melakukannya sambil menciumi bibir Tias sepenuh nafsu. Sialan! Kenapa bisa-bisanya saat ini aku merasa takjub pada penis pamanku sendiri?
Kepada lelaki tua yang jelas-jelas telah mengkhianati diriku dengan menggauli istriku? Tetapi memang kuakui, penis pamanku itu pasti akan membuat lelaki mana saja yang melihatnya, iri….
Selain gede, panjang dan kelihatan keras, penis itu dihiasi dengan urat-uratnya yang bersembulan di sekujur batangnya. Kepalanya yang bagaikan topi helm para tentara dan bentuk batangnya yang melengkung ke atas, membuat penis cokelat muda itu terlihat sempurna di mataku.
Sementara itu sambil tetap berpelukan, tangan Tias terus memeluk kepala Om. Perempuan binal itu tampaknya berusaha memastikan agar bibir-bibir mereka tetap saling berpagutan. Saling melumat dan menghisap. Suara kecupan saat bibir yang satu terlepas dari bibir yang lain terdengar terus beruntun. Di bawah sana, ayunan penis Om yang semakin dalam menghujam memek istriku, membuat ambennya terdengar semakin berisik.
“Om, Om, enaakk Om.. teruss Om.. oocchh.. hhmm.. Om..”
Duh, rintihan Tias yang begitu menikmati derita birahinya, membuat kepalaku seakan terpukul-pukul palu. Darah yang naik ke kepalaku, membuat pusingku semakin menghebat. Sementara di kamar sana, desahan Om sendiri tidak kalah hebatnya.
Sebagai lelaki sehat yang telah menduda selama 4 tahun, tentu kandungan libidonya sangat menumpuk. Bukan tidak mungkin dialah pelakunya. Dia merayu istriku karena dia tahu aku tidak akan mudah terbangun karena obat demam yang kutelan ini.
”Ssshhh… oohhh… oohh… enakkee, memekmu Dikkhh…” ujar Om.
”Aahh… sshhh… yaahh… terusshh… Pak… lagihhh… ooohh.. oohhh… lebihh… keraasshhh….” balas istriku.
Kulihat buah dada istriku yang besar dan ranum, dengan pentilnya yang tegak mengacung, sudah terbongkar dari balik kausnya. Itu pasti ulah nakal Om sebelumnya. Dia membetotnya keluar untuk dilumati, dihisap, dan diremas-remas.
Kedua pentil susu istriku itu pastilah sudah basah kuyup oleh lumuran ludah pamanku. Ketiak-ketiak istriku tampak sangat sensual saat dia memegang erat kepala Om dan meremasi rambutnya. Ketiak-ketiak itu pastilah sudah merasakan jilatan lidah pamanku, yang sejak tadi aktif bergentayangan menebar nikmat. Kembali aku ambruk ke ambenku.
Rasa pusing di kepalaku sangat menyakitkan. Tanganku berusaha memijit-mijit kepalaku sendiri untuk mengurangi rasa sakitnya. Tetapi setiap kali aku mendengar suara erotis dari pasangan mesum itu, akupun tergoda untuk kembali mengintip lubang dinding di sampingku.
Kulihat penis Om terasa semakin sesak saja menembus memek Tias. Dia tarik keluar pelan dengan dibarengi desahan beratnya dan rintihan nikmat Tias, kemudian mendorongnya masuk kembali dengan desahan yang berulang.
Dia lakukan itu berulang-ulang, desahan nikmat dari keduanya juga terdengar berulang. Kemudian kulihat tusukan penis Om semakin dipercepat. Mungkin kegatalan birahi mereka terasa semakin menjadi-jadi.
Tak lama kulihat Om tidak lagi melumati bibir Tias. Dia turun dari amben dan menarik pelan pinggul istriku ke pinggiran ambennya. Lalu dia mengangkat salah satu tungkai kaki istriku sehingga menyentuh bahunya yang bidang.
Dengan cara itu rupanya Om ingin bisa lebih dalam menusukkan penisnya ke memek Tias. Akibatnya kenikmatan yang tak berperi melanda istriku. Dia meremas-remas sendiri susu-susunya. Kepalanya yang rambutnya telah acak-acakan, terus bergoyang ke kanan dan ke kiri, menahan siksa nikmat yang tak terhingga.
Melihat itu hatiku menjadi semakin panas. Mereka benar-benar biadab. Mereka sudah tidak lagi memperhitungkan aku, suami sahnya dan keponakannya yang kini berada di kamar sebelah, tengah tergeletak karena sakit yang membuatku merasa hampir mati….
Tiba-tiba selintas pikiran hinggap di kepalaku. Oh begitu rupanya…..
Aku jadi paham sekarang penyebab peristiwa terkutuk ini. Sebelum kami makan malam bersama tadi, kami sempat bersalin pakaian terlebih dahulu. Berbeda denganku yang langsung menggantikan pakaianku yang basah dengan pakaian cadangan, istriku menyempatkan diri untuk mandi sejenak. Nah di rumah Om, letak kamar mandi dekat dengan dapur, hanya dibatasi satu ruangan kosong multi fungsi.
Saat istriku pergi mandi, Om memang sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam. Aku pikir mungkin inilah awal dari peristiwa itu. Istriku yang memang suka dengan Om, sengaja mandi tanpa mengunci pintunya rapat-rapat.
Tentu saja bagi lelaki yang lama menduda seperti Om, pancingan Tias itu bagaikan rejeki nomplok. Pamanku mungkin memakai kesempatan itu untuk mengintip istriku mandi secara leluasa.
Ketika aku kembali mengintip, tahu-tahu keduanya sudah berganti posisi. Kali ini pamanku sudah berbaring di atas amben kembali, sementara istriku berada di atas tubuhnya, asyik menungganginya. Om tampak asyik meremasi pantat Tias, sementara istriku asyik bergerak naik-turun sambil meremasi payudaranya sendiri.
Tak lama gerakan mereka mulai berubah lagi. Keduanya bergerak semakin liar. Masih dengan istriku menunggangi tubuhnya, pamanku bangkit dan langsung membenamkan wajahnya di gunung kembar istriku. Di sana dia sibuk menyusui payudara istriku bergantian, yang kanan dan yang kiri. Mendapat serangan yang menggila itu, istriku tampak semakin histeris.
Desahan birahinya terdengar semakin keras, membuat siapapun yang mendengarnya, menjadi sangat terangsang. Sementara di bawah sana, penis pamanku tampak semakin mengkilat saja. Berhiaskan lendir birahi istriku, penis itu keluar-masuk memek Tias dengan cepatnya, membuat suara ambennya semakin keras terdengar.
Keduanya pun sudah bugil kini. Tiada lagi kaus putih yang membungkus tubuh pamanku, menyajikan pemandangan yang mengagumkan dari tubuh berotot lelaki berusia setengah abad, yang mengkilat oleh keringatnya. Begitu juga kaus tank-top hijau dan celana dalam Tias yang tadi masih tersampir di salah satu kakinya, sudah hilang entah ke mana.
Membuat lekak-lekuk di tubuh sintalnya terlihat semakin jelas. Sekarang keduanya tampak sangat seksi dan… sangat serasi! Sesuatu yang aku benci sekali mengakuinya!!!
Pompaan penis pamanku di memek istriku, suara beradunya paha dengan paha, desahan berat Om dan rintihan nikmat tak berkeputusan Tias, membuat simfoni erotis yang terdengar sangat indah di malam yang dingin dan sunyi ini. Kalau tadi pompaan penis Om tampak cepat, sekarang kulihat gerakan mengayunnya semakin diperlambat.
Rupanya pamanku sedang mempraktekkan teknik bercintanya yang baru. Sekitar tiga atau empat kali pompaan biasa, dia membuat satu hentakan keras dan bertenaga. Tampaknya dia berusaha membuat penisnya lebih dalam lagi menembus memek istriku. Begitu dia lakukan berkali-kali. Tentu saja istriku semakin histeris dibuatnya.
Istriku seakan tidak mau kalah dengan Om. Sambil memeluk leher pamanku yang kokoh, dia putar-putar pinggulnya secara liar, memainkan penis lelaki tua yang sejak tadi aktif memompa memeknya.
Desahan berat pamanku terdengar semakin keras dan tak berkeputusan merasakan nakalnya pantat dan pinggul Tias saat memainkan ”tongkat saktinya“. Jeleknya Tias, teknik seperti itu tak pernah dia praktekkan kepadaku saat kami bercinta. Benar-benar setan wanita itu!!!
Kusaksikan saat ini, mereka sudah sangat lupa diri. Kenikmatan nafsu birahi telah menghempaskan mereka ke sifat-sifat hewaniah yang tak mengenal lagi rasa malu, sungkan, iba, hormat dan harga diri. Mereka sudah hangus terbakar oleh nafsu birahi yang menggelora.
Menjadi budak nafsu setan yang bergentayangan di dalam diri mereka sendiri. Aku terbatuk-batuk dan mual. Pusing kepalaku langsung menghebat. Sementara racauan penuh nikmat yang dari mulut keduanya, terdengar tak berkeputusan dan semakin keras.
Dengan suara yang sengaja kukeraskan aku mengeluarkan dahakku ke ember yang telah disediakan, disusul dengan muntah-muntah benaran. Aku berharap dengan tindakanku itu segalanya pasti berhenti. Mereka akan bergegas menolong diriku.
Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Suara amben itu justru terdengar semakin berisik. Sehingga kini ada dua sumber berisik di dalam rumah ini. Suara manusia yang sedang tergeletak kepayahan di kamar ini dan suara erotis manusia, berkejar-kejaran dalam nafsu setan di kamar itu.
Aku tahu mereka dalam keadaan tanggung. Puncak nikmat sudah dekat dan nafsu birahi untuk memuntahkan segalanya sudah di ubun-ubun. Mereka pasti berpikir, biarkan saja aku menunggu di sini. Membiarkan aku sendiri dengan gelisah, pusing, campur sakit hati akibat dikhianati. Edannya, tak lama aku justru terpengaruh oleh mereka.
Penisku yang ukuran panjang dan diameternya hanya setengah dari penis Om telah terbangun dari tidurnya. Walaupun pusing di kepalaku masih tetap menghebat, penisku berdiri dengan tegangnya, terangsang oleh desahan erotis yang sangat memukau dari kamar sebelah.
Aku berusaha mati-matian untuk meredam penisku yang terus menegang gara-gara suara erotis itu, sebelum akhirnya aku kembali tergoda untuk mengintip kembali. Aku ingin tahu sejauh mana pamanku itu bisa memuaskan Tias, perempuan yang kuat sekali syahwat hewaniahnya.
Saat kembali aku mengintip, keduanya sedang berancang-ancang untuk berubah posisi lagi. Rupanya gairah seksual yang menggebu-gebu membuat stamina mereka seakan tiada batasnya. Masih dengan pamanku berbaring di atas amben, istriku segera memutar tubuhnya.
Kepalanya mengarah ke selangkangan Om, sedangkan selangkangannya dia arahkan ke kepala pamanku. Oooo… rupanya mereka ingin saling menjilati kemaluan lawan mainnya, posisi 69…
Kembali desahan berat dan rintihan nikmat terdengar saling bersahutan. Wajah Tias tampak timbul tenggelam di antara selangkangan pamanku, begitu pula sebaliknya.
Dalam posisi ini mereka terlihat saling berlomba memberikan kepuasan dalam menikmati kemaluan pasangannya. Hisapan, jilatan dan kocokan tangan istriku di penis pamanku beradu cepat dengan jilatan, hisapan, dan tusukan jari-jari kekar Om di memek Tias….
Posisi cabul yang baru itu sontak membuat hatiku tambah panas saja. Tias selalu menolak perintahku untuk mengulum penisku dengan berbagai alasan. Sebaliknya terhadap pamanku, dia melakukannya dengan senang hati.
Lihatlah itu… betapa intensnya dia menjalari batangan kaku dan kekar milik pamanku dengan lidahnya… Betapa semangatnya dia menyedot-nyedot ’helm tentara‘nya… Betapa tekunnya dia menghisap-hisap ’kantung menyan’ Om… Betapa wajahnya sangat menikmati kegiatan cabulnya itu…
Sebaliknya Om seakan tidak mau kalah. Dia tak hanya menjilat, menghisap dan menusukkan jari-jarinya ke lubang memek istriku saja. Om juga turut menjilati lubang anus istriku sambil sesekali jari-jarinya yang kasar menusuk lubangnya.
Membuat erangan nikmat keduanya, terdengar semakin keras bersahut-sahutan. Sekali lagi aku hanya bisa merutuk dan merutuk melihat kenyataan itu. Sungguh bangsat pasangan laknat itu!!!
Adegan seru itu tidak berlangsung lama. Begitu dirasanya puas, mereka berganti posisi lagi. Masih di atas amben, keduanya segera memposisikan diri. Tak lama mereka sudah kembali bergoyang-goyang. Mereka bercinta dalam gaya anjing di kamar itu. Hanya saja bukan lubang memek istriku lagi yang menjadi sasaran keganasan penis Om, melainkan lubang anus Tias…
Kulihat Tias tampak termehek-mehek. Merasakan betapa nikmatnya lubang anusnya, dijejali penis sebesar itu. Memang ada sedikit bayangan rasa pedih di wajah cantiknya, tetapi perempuan binal itu justru menyemangati Om agar lebih liar lagi dalam memompa anusnya…
”Aaahhhsss… aahhhsss…. aaahhhsss… Teeerrruussshhh… Paakkk… Eennnaaakkkhhhh…“
’’Hhhoohhhh… hhhooohhhh… Diiikkksss…. Diikkksss… apaanyaahhh… yaanngghh… hhhooohhh… ooohhh… Ennaaakkkhhh…?“ pancing pamanku.
“Ittuuhhh… ooohhh…. aaahhhsss… kooonnntttooolll… Paakkkhhh… Liiikkkhhhsss…
Eennnaaakkhhh…“ sahut Tias.
“Mmaassaaahhh sssiiihhh caannnttiikkkhhh… Ennnaaakkkhhh… aahhh… betuuulllsss…
ennnaaakkkhhh… kontoolllsshhhkkuuu… iiinnniiihhhh?“ ujar Om dengan terus menyodok anus istriku tanpa ampun.
“Aaahhhsss… ooohhh… aaahhhsss… bbbeeennnaaarrrkkkhhh… aaakkkhhh… aaahhh…
Eennnaaakkkhhh…. sssuumpppaaahhh…“ balas istriku dengan matanya yang merem melek keenakan.
Kuakui lubang anusnya masih perawan, karena Tias selalu menolak kalau anusnya dientot olehku. Bangsat!!! Hanya itulah ungkapan yang pantas mewakili kekesalan hatiku saat ini kepada Tias….
Gerak dan ayun pasangan laknat itupun sampai di puncaknya dalam posisi ini. Begitupun ekspresi di wajah mereka. Ketampanan wajah Om dan kecantikan wajah Tias menjadi jelas terlihat. Desahan berat pamanku bersahut-sahutan dengan erangan histeris istriku, merasakan nikmatnya anal seks itu.
Rambut Tias yang indah dijadikan tali kekang oleh tangan kanan Om. Sementara tangan kirinya, memegangi pinggul istriku sambil aktif mengocok lubang memeknya dengan jari-jemarinya. Sedangkan kedua tangan istriku mencengkram pinggiran amben itu dengan erat.
”Pppaakkk… Liiikkkhhh… ooohhh… terusshhh… Paakkk… eennnaaakkk… Paaakkkk…”
”Ooohhh… Dddiiikkk… Ooohhh… ooohhhh… aaannnuuusss… mmmuuhhh… eeennnaaakkk… banggeeetttt… ”
”Ooohhh… terussshhh… aaahhh… terussshhh… Paaakkk… Leebiiihhh… Keraassshhh… Aaahhhh… Aaahhh… Laaggiiihhhh…. ”
Ketika ejakulasi mereka akhirnya hadir, suara-suara di rumah ini benar-benar gaduh. Aku yang muntah-muntah tanpa henti dengan suaraku seperti seekor babi yang sedang disembelih bercampur dengan suara histeris Om bersama Tias, meraih orgasme mereka secara beruntun, diakhiri ejakulasi yang datang hampir bersamaan.
Untuk sesaat suara amben masih terdengar berisik untuk kemudian reda dan sunyi, berganti dengan suara-suara kecupan bibir, suara pujian saling memuja, dan suara nafas yang tersengal-sengal. Sementara di sebelah sini aku masih mengeluarkan suara dari batukku disertai dengan rasa mau muntah yang keluar dari tenggorokanku.
Tak lama istriku muncul di pintu. Dipegangnya kepalaku.
’Ah, kok semakin panas mas, obatnya diminum lagi ya?’ katanya.
Kemudian dengan kuat tangannya meringkus kepalaku dan memaksakan obat cair itu masuk ke mulutku. Aku terlampau lemah untuk menolaknya. Saat jari-jarinya memencet hidungku, aku yang mengalami kesulitan nafas, terpaksa menelan habis seluruh obat yang disuapkannya ke dalam rongga mulutku.
Kemudian disuruhnya aku minum air hangat. Sebelum air itu habis kuteguk aku sudah kembali jatuh tertidur pulas. Praktis aku tidak punya alibi sedikitpun atas apa yang selanjutnya terjadi di rumah ini hingga 6 jam kemudian saat aku terbangun.
Jam 9 pagi esoknya aku terbangun lemah. Pertama-tama yang kulihat adalah dinding di mana aku mengintai selingkuh istriku dengan Om. Aku marah pada dinding itu. Kenapa begitu banyak lubangnya sehingga aku bisa mengintip.
Aku juga marah pada diriku sendiri, kenapa aku yang sakit ini masih-masihnya tergoda untuk mengintip ke dinding itu. Menyaksikan istriku yang sedang asyik menanggung nikmat, digojlok secara brutal oleh pamanku.
Tapi saat aku ingin teriak karena teringat peristiwa semalam, Tias muncul di pintu kamar. Pandangan matanya terasa sangat lembut dan perhatian. Dia mendekat dan duduk di ambenku. Dia ganti kompres di kepalaku dengan elusan tangannya yang lembut sambil berkata,
“Mas Roso (begitu dia memanggilku) semalaman mengigau terus. Panas tubuhnya tinggi. Aku jadi takut dan khawatir. Om bilang supaya aku ambil air dan kain untuk mengompres kepala Mas Roso”
Mendengar mulutnya menyebut ‘Om’ yang aku ingat betul sama persis nada dan pengucapannya saat dia asyik bergelut dengan pamanku semalam, seketika itu darahku mendidih. Tanganku seketika mencekal blusnya. Aku ingin sekali menampar wajahnya yang cantik itu. Tetapi senyum teduhnya kembali hadir di bibirnya.
“Hah, apa lagi mas, apa lagi yang dirasakan, sayang?” ucapnya lembut tanpa prasangka apapun atas perlakuan kasarku barusan, menatapku dengan air mukanya yang anehnya tampak tetap suci bersih.
Langsung didih darahku surut. Aku tak mampu melawan kelembutan sikap dan senyumnya yang menawan itu. Kutanyakan padanya di mana Om sekarang, dengan bola mata berbinar Tias menjawab pamanku sedang berada di sawahnya. Hari ini giliran dia untuk membuka pematang agar air sungai mengalir ke sawahnya.
Dia juga bilang agar aku banyak istirahat saja dulu. Dia sudah menelepon orang tua di Yogya dari HPku, mengabarkan bahwa aku sakit dan akan istirahat dulu di Redjo Legi selama 3 hari ke depan. Rupanya demamku sangat parah sehingga aku harus dirawat di Redjo Legi selama 3 hari penuh. Kemudian dia beranjak dan kembali dengan sepiring bubur sum-sum, aku disuapinya.
Aku jadi berpikir apa yang sesungguhnya terjadi tadi malam. Apakah panas tubuhku yang sangat hebat, telah membawaku ke alam mimpi? Sampai-sampai aku menggigau sepanjang malam sebagaimana kata istriku, ataukah perselingkuhan Om dengan istriku itu memang benar-benar sebuah kenyataan? Kembali kepalaku berputar-putar rasanya. Istriku kembali mencekokiku dengan obat yang dibawanya. Akupun kembali tertidur.
Sebelum aku terlelap benar, istriku dengan penuh kasih memeluk kepalaku. Dia mengelus-elus kepalaku sambil mendekatkannya ke dadanya. Pada saat itu aku merasakan semburat aroma yang lembut menerjang ke hidungku. Aroma yang sangat kukenal, aroma ludah dan sperma lelaki yang telah mengering. Aroma itu menguar dari payudaranya dan bagian lain tubuhnya. Obat tidurku tak memberi kesempatan padaku untuk melek lebih lama. Aku kembali pulas tertidur.
Selanjutnya selama 3 hari ke depan, setiap malam aku selalu benar-benar terlelap, sehingga tak lagi tahu apa yang sedang terjadi di antara mereka, Om dan Tias, selama sisa hari-hari itu. Saat berpamitanpun, aku tidak melihat tanda-tanda mencurigakan itu dari wajah keduanya saat mereka sedang berpamitan. Keduanya berpisah secara sewajarnya.
Sampai kini, 6 bulan sesudah peristiwa itu, aku tetap tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Apakah peristiwa mesum itu hanyalah khayalanku belaka atau memang benar-benar terjadi? Aku tidak mempunyai alibi apapun untuk mempertanyakan keinginan tahuku pada istriku. Juga tidak punya keberanian untuk itu.
Aku sangat khawatir akan kehilangan dirinya. Yang mungkin bisa dan perlu aku lakukan adalah memilih jalur utara yang padat saat pulang mudik yang akan datang. Juga seterusnya.
Namun yang pasti, jika dugaanku benar istriku dan Om berselingkuh, aku yakin keduanya tak akan berhenti sampai di situ saja. Perselingkuhan itu pasti akan terus berlangsung, entah sampai kapan…


cerita dewasa

Cerita Sex Istri Selingkuh Saat Laundry Sepi

Kumpulan Cerita Seks Dewasa Terbaru, Cerita Mesum ABG Hot, Cerita Ngentot Janda Seru, Cerita Panas Tante Girang, Cerita Sex Bergambar 2017 - Cerita Sex Istri Selingkuh Saat Laundry Sepi setelah sebelumnya ada Cerita Memperkosa Wanita Berjilbab Penjaga Warung.
Cerita Sex Istri Selingkuh Saat Laundry SepiCerita Sex Istri Selingkuh Saat Laundry Sepi

Cerita sex hot ini masih anget. Tanggal 23 november 2016. Istriku buka usaha laundry di sekitaran kampus terkenal di Yogyakarta. Ya masih kecil-kecilan tapi lumayanlah bisa buat tambah-tambah uang belanja dan jajan anak.

Cerita Sex Istri Selingkuh Saat Laundry Sepi

Hampir sekitar enam bulan buka laundry, pelangganya dah lumayan. Disamping kios laundry istriku adalah sebuah bengkel motor kecil dan sampingnya lagi sebuah warteg. Istriku yang sekarang ini pendidikan tidak tinggi, tp soal cari uang dia lincah sekali, aku sendiri kalah jauh denganya.
Cerita sex istri, Pernah dia menyuruhku keluar dari kerjaan, karena hasilnya nggak sesuai dengan pikiran dan tenaga yang di keluarkan. Tapi eman-eman tunjagane jee. hehehehe Ya di sela-sela kerja, aku nyempatin nyuri-nyuri waktu untuk mengurus usaha. Untung saja aku orang lapangan, jadi biasa sedikit korupsi waktu. Jangan buat tidur lho yaaa.

Walau usaha ini cuma kecil-kecilan, tapi kesibukan melayani pelanggan kadang sampai kewalahan, walau sekarang sudah di bantu dengan tiga karyawan. Malahan kadang istriku lembur sampai malam juga, biar kerjaanya kelar semua. Dia selalu mengutamakan kebersihan dan tepat waktu, agar pelanggan tidak kecewa. Karena aku juga seorang kuli dan kalau libur kerja fokus ke usaha, ya semacam jual beli makanana/sembako dan sebagainya

Aku juga menyewa sebuah kios untuk gudang yang letaknya juga tak jauh dari tempat laundry istriku. Menurut info dari warga setempat daerah ini sebenaranya rawan pencurian, apa lagi tempatnya tidak di jaga. Untuk mengantisipasi hal tersebut selain memang udah kerjasama dengan keamanan setempat, aku pasang cctv di tempat lundry istriku dan gudangku.

Oh iya, istriku yang sekarang ini ciri-cirinya kecil agak berisi, ukuran dada 34, rambut panjang lurus. Walau belum lama buka usaha laundry, tapi teman dan pelangganya sudah banyak yang akrab. Penampilan istriku pun bisa di bilang agak berani kalau pas di laundy. Kadang hanya mengenakan kaos ketat berbahan tipis dan hotpant. Seringnya pakai kaos dengan belahan rendah, hingga belahan payudaranya terpampang jelas.

Aku sudah sering peringatkan, tapi emang istriku orangnya ngeyelan. Aku kalau siang sengaja lewat tempat laundry istriku, banyak laki-laki nongkrong di depan kios laundry istriku, entah ke bengkel motor atau warteg, mungkin banyak alasanya juga mereka nongkrong di depan kios laundry istrku. Pernah beberapa kali aku sengata datangi tempat usaha istriku pas jam makan siang, disana pas banyak laki-laki yang nongrong di depan kios istriku. Ketika aku datang, laki-laki tersebut langsung pada bubar, mungkin lihat aku yang sangar hehehehe Karena sekarang aku berjenggot dan bercambang juga. Aku nyemparin istrku, sengaja aku ajak makan siang hehe

Pernah istriku berkata, jangan sering-sering mampir ke kios, nanti penggemarnya pada kabur semua. Aku tanya kenapa, istriku menjawab karena aku tampilanya garang dan sangar. Jadi kalau liat aku, mereka pada pada takut, termasuk orang-orang bengkel sebelah kios laundry istriku. Hadehhh padahal ane dah jinak lho.. . Istriku juge cerita, pernah ada beberapa laki-laki yang dengan terang-terangan bilang tertarik dengan istriku, termauk beberapa pelanggan laundrynya. Tapi cuma ditanggapi santai sama istriku. Aku bertanya pada istriku pernah ada yang coba-coba nyentuh tidak, istriku mejawab pernah juga.

Hari sabtu, pas hari besar salah satu agama, tanggal merah. Tapi walau tanggal merah, tetap rugi buatku karena libur kerja kan sabtu-minggu. Pagi-pagi sekali aku sudah loading barang di gudang, lalu pulang sebentar buat sarapan dengan istriku.

Setelah aku turunkan istriku di tempat usahanya, aku langsung tancap gas mengantar barang pesanan ke beberapa toko langgananku. Hari ini lumayan jauh mengantar barang pesanan karena ada toko pelangganku yang berada di luar propinsi. Pas maghrib aku baru sampai di jogja kota. Niatku langsung ke gudang nurunin barang dagangan yang tersisa. Pas lewat depan kios laundry istriku, kok kiosnya dalam keadaan tertutup dan ada mobil jazz merah parkir di depanya, motor istriku juga masih terpakir di teras kios.

Tapi memang kalau jam segitu dan pas nglembur, pintu kios sengaja ditutup sama istriku. Sedangkan dia di dalam biasanya menyelesaikan kerjaanya. Saat itu suasananya memang sangat sepi. Banyak tempat usaha sederatan kios istriku sengaja tidak buka, karena memang bertepatan dengan hari libur nasional. Mobilku aku lajukan pelan di depan kios istriku, lalu aku lanjutkan ke gudang yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari kios istriku. Aku telpon istriku tak ada jawaban. Lalu aku turunkan sisa barang dagangan di gudang, lumayan pegel juga nurunin barang-barang tersebut karena barangnya lumayan besar-besar hehehe. Hampir 60 menit aku nurunin sisa barang dagangan dan bersih-bersih gudang, lalu aku iseng-iseng nyuci mobil juga.

Pas nyuci mobilku di depan gudangku, aku dengan samar-samar melihat seorang laki-laki-keluar sari kios laundry istriku, perwakanya tinggi gemuk. Dia bawa kantong cucian, lalu dia masuk kedalam mobil jazz merah, dan melaju ke arah utara. Istriku tak nampak keluar dari kios. Lalu aku beranjak ke kios istriku, jalan kaki, wong deket. Pas aku masuk ke dalam kios, istriku tampak terkejut. Dia mberesin bajunya. Rupanya istriku sudah ganti baju sore tadi, sekarang yang dikenakan kaos ketat tanpa lengan dan rok berbahan kaos yang cuma sebatas paha.

Lho papa kok udah pulang kok nggak ngasih kabar
Wong tadi udah papa telpon dan sms nggak ada respon kok dari mama
Baru sibuk ya ma istriku tak menjawab cuma senyum-senyum saja.

Aku tanya siapa laki-laki yang bawa mobil jazz merah tadi ke istriku. Karena aku dan istriku sudah terbiasa terbuka., istriku menjawab dengan santai. Laki-laki yang bawa jazz merah tadi namanya Tedi. Dia pelanggan laundri istriku. Setiap minggu paling tidak 4 sampai 5 kali naruh cucian di laundry istriku.

Tedi ini dari awal sudah akarb dengan istriku, dan pernah ngungkapin kalau tertarik dengan istriku, padahal dia juga sudah berkeluarga. Kata istriku, si Tedi ini juga sering curhat ke istriku. Bahkan pernah beberapa kali ngajak istriku makan siang bareng. Welehh kok aku nggak tau ya.

Aku langsung protes ke istriku soal si Tedi ini. Eh malah dia ngejawab dengan santai, yang penting rasa sayang dan cinta ke aku tak berkurang. Terus aku tanya lagi ke istriku, tadi ngapain aja kok pintu kios di tutup semua. Istriku hanya senyum-senyum aja, lalu nerusin dengan jawaban.

Istriku bilang tadi sebenrnya udah selesai semua sebelum maghrib, dan ketiga karyawanya sudah pulang semua. Tapi si Tedi nelpon, bilang mau ambil barangnya habis maghrib, ya terpaksa istriku nungguin si Tedi sambil nycil kerjaan yang buat besok. Karena sudah sepi, kiosnya di tutup sama istriku, di sisain satu pintu yang buat keluar masuk. Setelah maghrib si Tedi datang ke kios dengan bawa cucian lagi. Tapi si Tedi tak langsung pulang, dia malah ngajak ngobrol sama istriku dulu.

Rupanya si Tedi ini lagi punya masalah dengan istrinya, dan ternyata dia juga pandai merayu. Sambil ngobrol-ngobrol, Si tedi juga meray istriku juga. Sebenarnya udah lama si Tedi meray istriku. Sam istriku kadang dipancing juga sie.. . Tapi tadi karena di kios dalam keadaan sepi dan tak ada orang lain, Tedi lebih berani ke istriku. Kata istriku awalnya sie cuma pegang-pegang tangan aja. Tapi lama-lama dia mulai merangsang istriku. Lama-lama istriku juga terbawa suasana. Mereka berdua ngentot di dalam kios. Waduh, kecolongan aku nie. Istriku memandangku, sambil senyum-senyum. Mulai deh genitnya.

Ich papa cemburu yaa
Nggak juga tuh..
Alaah nggak usah pura-pura lah pa mama tadi keluar empat kali lho pa.. sambil senyum-senyum menggoda
Kalau cemburu kenapa ma
Nanti di rumah mama kasih deh hehe
papa kalau penasaran liat aja di rekaman cctv hehehe.

Ya kayak gitu deh kelakuan istriku kalau sudah puas walau dadakan. Mulai menggoda dan bikin cemburu suaminya sendiri. Aku langsung bongkar tu rekaman cctv. Di kios istriku ini ku pasang 3 cctv, depan satu dan di dalam 2. Di dalam bagian depan yang biasa buat nerima orderan, kasir dan setrika. Satu lagi kupasang di bagian belakang, di sekitar mesin cuci dan pengering. CCTV itu terhubung dengan hardisk yang aku simpan di tempat paling aman hehe Aku copy rekaman hari ini ke flashdisk. Lalu kami pun segera pulang ke rumah.

Sampai dirumah setelah mandi dan makan malam, aku langsung memutar rekaman cctv itu. Aku cepetin rekaman itu di jam pas Tedi datang ke kios. Untung kualitas kameranya sangat bagus dan terbantu lampu kios yang terang. Aku mulai dari pas Tedi datang ke kios bawa cucian. Lalu dia duduk di kursi. Setelah urusan cucian beres, Tedi dan istriku duduk berhadapan. Proses ngobrol-ngobrol Tedi dan istriku sekitar setenga jamman. Aku liat si Tedi ini lama-lama makin dekat duduknya dengan istriku

Pertama si Tedi pegang tangan istriku. Aku tak tau apa yang sedang di obrolkan mereka berdua, karena tak terekam audionya. Selanjutnya si Tedi tampak mendekatkan tubuhnya ke tubuh istriku. Adegan berikutnya si Tedi mengelus kepala istriku, lalu si Tedi menyium bibir istriku. Istriku bereaksi, dia balas pagutan bibir si Tedi, dan tangan istriku merangkul kepala Tedi. Hampir 5 menit mereka saling melumat ganas. Karena cctv di seberang mereka duduk, jadi setiap adegan bisa terlihat dengan jelas.

Setelah mereka berdua puas berciuman, istriku bangkit dan melangkah ke arah pintu, rupanya istriku mau menutup pintu depan. Setelah nutup pintu, istriku kembali ke tempat duduk tadi, Tedi langsung nyergap istriku. Dia memeluk istriku dengan menyiu,i lehernya. Mendapat serangan mendadak, istriku pasrah saja. Si Tedi membimbing istriku kursi lagi. Sambil terus berciuman, tangan si Tedi menyelinap ke rok mini istriku. Sama istriku tangan si Tedi di keluarin dari rok mini. Mungkin tidak menyerah, tangan si Tedi pindah dan hinggap di toket istriku.

Si Tedi meremas-remas toket istriku dari luar bajunya, tangan satunya membimbing tangan istriku agar meremas penisnya. Terlihat juga tangan si Tedi menyusup kedalam baju istriku. Dia meraba dan meremas-remas toket istriku dari dalam baju. Tapi rupanya Tedi juga melepas BH istriku, pinter juga cara nglepasnya.

Tedi lalu menyibakkan baju istriku, hingga terpampanglah toket istriku yang indah itu. Dengan buasnya, Tedi melalap toket istriku. Jelas istriku sangat keenakan dapat serangan di toketnya., karena ini adalah salah satu titik lemahnya. Akhirnya istriku roboh di kursi itu. Puas dengan toketnya, Tedi berniat menyerbu kemaluan istriku. Dia merayap ke bawah, lalu dia menyingkapkan rok mini istriku. Dia mengobok-obok kemaluan istriku dengan jari-jarinya, lalu Tedi plorotin celana dalam istriku.

Tedi membungkuk, berniat untuk menjilati kemaluan istriku. Tapi istriku menolak, aku tau dia paling geli kalo kemaluanya di jilati. Lalu istriku bangkit dan menyiumi Tedi dengan lembut. Si Tedi berdiri, dia melucuti baju dan celananya. Sekarang bugil lah dia. Dari rekaman terlihat, perut si Tedi sangatlah buncit hehehehe. Dia berdiri di depan istriku, di sodorkan batang penisnya ke istriku. Sambil duduk di kursi panjang itu, istriku memainkan penis si Tedi. Mirip di film bokep, kepala istriku di pegangnya. Sekitar lima menitan, Tedi minta berhenti. Lalu istriku berdiri, dia melepas bajunya sendiri, dan berbugil ria lah mereke berdua.

Tedi medudukkan istriku ke kusrsi lagi, dan Tedi merebahkan istriku, Tapi karena kursi panjang tersebut terbilang cukup sempit, karena memang bukan kursi sofa, dan tubuh Tedi yang big size, proses ngentot di kursi tersebut tampak sangat susah sekali. Istriku bangkit lagi, lalu dia cari-cari seuatu. Tampak di kamera 3, istriku sampai ke belakang juga. Setelah ketemu yang dia cari-cari, dia kembali ke depan lagi. Rupanya istriku mencari bed cover buat alas.

Tedi segera datang menghampiri istriku. Mereka masih aja bercumbu diatas bed cover tadi. Tak lama kemudian, tubuh Tedi sudah berada di atas tubuh istriku. Kaki istriku sudah dalam posisi mengangkang, sudah tampak pasrah. Tedi pun langsung menusukkan batang penisnya ke lubang kemaluan istriku. Tampak istriku mengelinjang-gelinjang keenakan. Tedi pun mempercepat tusukkan penisnya ke lubang kemaluan istriku.

Yang terkena tusukkan pun merasa keenakan karena gerakan tubuhnya juga ikut bergoyang. Istriku mungkin sudah mendapatkan orgame, karena memang istriku mudah orgasme, dan bisa berkali-kali orgasme. Dalam rekaman cctv itu, terlihat istriku beberapa kali tubuhnya mengejang dan menggoyangkan pinggulnya juga. Hampir 15 menit adegan berlangsung. Tedi menyabut batang penisnya dari lubang kemaluan istriku. Rupanya dia sudah ngecrot, dan tumpah di perut istriku. Mereka berdua lalu bangkit, istriku buru-buru ke kamar mandi. Tedi nyusul kemudian.

Istriku yang masih dalam keadaan bugil tampak meberesin bed cover yang tadi di pakai alas. Tedi duduk di kursi panjang lagi, belum memakai bajunya. Istriku ambil bajunya, lalu duduk di sebelah Tedi. Tampak mereka mgbrol-ngobrol lagi, tapi kayaknya bercanda. Tubuh gwmbul Tedi rebahan di kursi, mungkin dia lelah banget dia.

Tangan kiri Tedi memeluk pinggang istriku, kadang tampak ke atas bagian toket istriku. Badan mereka saling berdempetan, istriku yang tubuhnya mungil tampak semakin kecil aja di samping tubuh gembul Tedi. Mereka tampaknya terus bercanda, entah soal apa. Tapi tak lama kemudian tangan kanan istriku menggengam penis Tedi lagi. Istriku mengocok-ngocok penis Tedi yang masih loyo dengan lembut. Setelah agak besar, istriku nunduk, dia mengoral penis Tedi. Dari rekaman cctv terlihat betapa lincahnya mulut istriku mengoral penis itu, entah di kulum, di jilat kadang di hisap. Tedi tampak kelijotan mendapat serangan itu.

Istriku lalu berdiri, dia lalu dudukin penis si Tedi yang sudah tegang mengeras. Istriku menduduki penis itu sambil membelakangi Tedi. Setelah beberapa kali ngepasin, akhirnya penis si Tedi masuk ke dalam lubang kemaluan istriku. Tampak istriku menggoyang-goyang kan pantatnya

Tangan istriku bertumpu pada lutut Tedi. Gerakanya sungguh seksi. Dari belakang, tangan Tedi mencoba meraih toket istriku, tapi karena gerakanya terhalang oleh perut buncit Tedi, maka Tedi hanya bisa meremas pantat istriku. Hampir 15 menit kemudian, istriku menghentikan goyanganya. Tubuhnya mengejang hebat. Rupanya istriku orgasme lagi. Tubuh istriku kemudian merebah ke belakang, dia bersandar je tubuh gembul Tedi.

Tedi kemudian meremas pantat istriku, sambil meyodokkan penisnya ke lubang kemaluan istriku. Tapi adegan itu tidak berjalan lama, istriku terlihat bangkit dari pangkuan Tedi, dan berdiri. Tedi pun ikut berdiri. Istriku tampak membelakangi Tedi, dia nungging sambil berdiri. Dar belakang Tedi menyodokkan penisnya lagi ke lubang kemaluan istriku. Istriku bertumpu pegangan ke kursi panjang. Tedi meyodokkan penisnya dengan irama lambat.

Tapi aku lihat istriku juga ikut menggoyangkan pantatnya, mau tidak mau, Tedi juga menambah irama sodokkanya. Ada satu adegan yang aku tak pernah lakukan dengan istriku saat ngentot, yaitu menepuk-nepuk pantatnya saat dogy.

Tapi Tedi menepuk-nepuk pantat istriku dengan berirama. Tampaknya istriku juga menikmati tepukan tersebut. Dari ekpresinya, istriku terlihat mengerang keras keenakan. Sekitar sepuluh menit adegan tersebut berlangsung, Tedi menyabut penisnya dari lubang kemaluan istriku. Lalu terlihat dia terlentang di atas karpet lantai. Istriku terlihat ngocok-ngocok penis Tedi sebentar, lalu istriku kembali menduduki penis Tedi.

Kali ini istriku menghadap ke yubuh Tedi. Mulanya dia berposisi jongkok, dia masukin penis Tedi ke lubang kemaluanya. Setelah penis Tedi masuk dalam lubang kemaluanya, dia kembali menggoyang-goyang kan. Beberapa menit kemudian, dia merebahkan tubuhnya ke tubuh Tedi, kaki kirinya lurus sejajar kaki Tedi, sedangkan kaki kananya agak menekuk ke samping. Istriku lalu kembali bergoyang di atas tubuh gembul Tedi. Bacaan sex top: Cerita Dewasa Termewah Sensasi Hot Dengan Para Sahabat

Cerita sex 2017, Aku tau posisi ini adalah jurus andalan istriku biar lawanya cepat ngecrot. Benar saja, tak sampai lima menit adegan berhenti. Tapi istriku masih menggoyang pinggulnya. Sedangkan Tedi seperti terengah-engah nafasnya, terlihat dari perutnya yang naik turun hehe. Kemudian istriku turun dari tubuh Tedi, dan ke kamar mandi, terlihat dari kamera 3. Tak lama kemduian istriku keluar dari kamar mandi, gantian si Tedi, tapi cuma sangat sebentar dia di kamar mandi.

Mereka berdua kemudian mengenakan baju masing-masing. Istriku membantu Tedi meberesin pakaian yang baru di cuci. Sebelum pergi, Tedi memeluk dan menyium istriku dulu. Lalu dia kasih sesuatu ke istriku. Selanjutnya sperti yang aku liat secara langsung, Tedi keluar menuju mobilnya dan langsung pergi. Rekaman ccyv pun aku akhiri, antara marah, cemburu dan gairah bercampur menjadi satu. Lalu aku bertanya ke istriku.

Si Tedi tadi ngasih apa ma
Owh tadi si Tedi ngasih uang cucian pa
Tapi papa liat kok lumayan banyak ya
Sama bonus itu pa hehehehehe kumat lagi deh
Jangan keterusan lho ma..
Eh dianya sendiri yang mau ngasih kok, mama juga nggak minta pa kenapa cemburu ya pa malah neledek aku

Istriku ini memang suka sama laki-laki yang bertubuh gembul, karena aku juga gembul hehe Jadiinya saat Tedi mendekat, gampang akrab dengan istriku. Lagipula istriku orangnya gampang bergaul dan mudah akrab dengan siapa saja, asal pertemuan pertama tidak berkesan kurang ajar ke istriku. Kata istriku, sebenarnya ada beberapa laki-laki yang coba-coba ajak keluar dia. Tapi bayak yang minder kalau tau siapa suaminya. 
Cerita Dewasa Istri Tak Setia, Selingkuh Saat Suami Pergi Dinas
Kumpulan video bokep semi terbaru bokep indo terbaru bokep semi asia bokep jepang bokep barat bokep bokep streaming bokep selingkuh. Kumpulan cerita dewasa terbaru cerita seks cerita tante girang. Kumpulang foto cewek bispak foto cewek bugil.
Cerita Dewasa – Namaku Indri, tapi biasa dipanggil I’in oleh orang di rumah. Aku sulung dari 4 bersaudara yang semuanya perempuan. Saat ini usiaku 34 tahun dan adik bungsuku Lisa 21 tahun. Aku sangat menjaga bentuk tubuhku, dengan tinggi badan 167 cm dan berat badan 59 kg, tidak ada yang menyangka kalau aku sudah memiliki 2 orang anak yaitu Echa 6 tahun dan Dita 3 tahun. Kalau menurut suamiku, teman-temannya sering memuji tubuhku, terutama pada bagian pinggul dan payudara yang terlihat sangat seksi jika sedang mengenakan baju yang pressed body. Begini ceritaku..
Kenaikan jabatan yang diterima oleh suamiku membuatnya harus berada di luar daerah, dan hanya bisa pulang sebulan sekali. Otomatis kebutuhan biologisku hanya bisa terpenuhi pada saat suamiku pulang saja. Bahkan sering juga aku harus puasa sampai berbulan-bulan karena pada saat suamiku pulang aku sedang kedatangan “tamu”. Tapi itu tidak terlalu kupedulikan, toh saat kami berhubungan, aku jarang sekali mengalami orgasme karena suamiku biasanya sudah keluar duluan dan bila sudah begitu pasti ia langsung tertidur dan membiarkanku menggantung sendirian.
Sampai akhirnya terjadi peristiwa yang membuatku sangat malu pada awalnya, namun menjadi ketagihan pada akhirnya. Orang yang membuatku mabuk kepayang itu bernama Iwan yang tidak lain adalah pacar adikku yang paling bungsu. Orangnya lumayan ganteng dengan bentuk tubuh yang kekar karena ia adalah seorang atlit renang perwakilan daerah. Iwan  sudah berpacaran dengan adikku Lisa selama 5 tahun sehingga hubungan keluarga kami dengannya sudah sangat dekat, aku sendiri bahkan sudah menganggapnya sebagai adik iparku demi melihat keseriusan hubungan Iwan dan adikku.
Iwan juga sering datang ke rumah untuk mengantarkan aku pergi karena aku tidak bisa naik motor, tentu saja sebelumnya aku selalu memintanya tolong melalui Lisa. Selama tidak sibuk dia pasti mau menolongku sehingga kami menjadi lumayan dekat. Ia sering bercerita tentang hubungannya dengan Lisa adikku, sehingga aku jadi tahu kalau dia adalah pemuda yang sangat menghormati wanita. Itu adalah pandanganku sebelum terjadi affair antara kami berdua. 
Sore itu aku berangkat dengan diantar Lisa adikku untuk berenang di sebuah hotel yang cukup besar di kota SMD. Setelah berganti dengan baju renang, aku melangkahkan kaki ke tepi kolam. Beberapa pemuda melirikku dengan pandangan nakal. Setelah melakukan pemanasan aku lalu turun ke air. Setelah menyesuaikan diri dengan suhu air baru aku mulai berenang. Setelah bolak-balik 3 kali putaran, aku beristirahat di pinggir kolam sambil mengatur napas. Beberapa pemuda yang lewat menggodaku, aku hanya tersenyum. Lalu aku terhanyut pada lamunanku yang sudah 3 bulan tidak melakukan hubungan suami-istri.
 “Sendirian saja Kak?” Suara yang ramah mengagetkanku dari belakang.
“I.. Iya” Jawabku sambil menoleh ke belakang.
Setelah melihat siapa yang menyapaku, aku menjadi tenang tetapi sedikit risih karena ternyata ia adalah Iwan  yang melihatku tanpa berkedip. Sambil mengajakku mengobrol ia melakukan pemanasan. Sesekali aku melirik untuk melihat tubuhnya yang kekar. Lalu mataku turun lagi ke dadanya yang bidang dan perutnya yang sangat berotot. Saat mataku sampai ke celana renangnya, dadaku berdegup kencang, celana itu terlihat sangat menonjol pada bagian tengahnya. Pasti besar sekali, mungkin bahkan lebih besar dari pada milik suamiku, batinku.
Lalu aku tercekat saat Iwan melompat terjun ke kolam renang dan langsung meluncur. Setelah 7 kali bolak-balik ia menepi ke sampingku untuk beristirahat. Ia meletakkan tangannya di sampingku sehingga sikunya menyentuh paha kananku.
“Kesini pake apa Kak?” Tanyanya sambil menatapku dengan tajam.
“Diantar sama Lisa” Jawabku sambil menghindari pandangan matanya.
“Trus.. Sekarang Lisanya kemana?” Sahut Iwan melirik sekeliling.
“Langsung pulang jagain Dita sama Echa..” Sebelum ia sempat menanyaiku lagi, aku langsung melompat terjun.
Setelah menyeberang, aku lansung naik karena ingin segera pulang. Sebelumnya aku tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang mengenalku di kolam ini. Dan yang bertemu denganku ternyata Iwan, terlebih lagi aku hanya mengenakan baju renang hingga otomatis menampakkan sebagian tubuhku. Aku tidak mau menoleh ke belakang karena aku takut Iwan akan berbicara lagi denganku. Setelah memakai rok setinggi lutut, aku mengenakan pakaian yang lumayan ketat sehingga memamerkan garis tubuhku yang masih terbentuk.
Saat melangkahkan kaki menuju jalan raya untuk mencari angkot, ada motor yang memotong jalanku. Aku kaget bukan kepalang, terlebih lagi saat melihat siapa yang menaikinya, lagi-lagi ternyata Iwan.
“Saya antar ya Kak?” Tawar Iwan dengan sopan.
Aku berpikir sejenak, sebelum aku sempat menjawab Iwan sudah menyodorkan helm. Dengan ragu aku menerima helm itu, setelah mengenakannya aku lalu duduk menyamping di belakang dengan tangan kananku melingkar di pinggangnya. Sebenarnya hal ini sudah sangat sering kulakukan, tapi untuk saat ini aku merasa sangat serba salah. Perasaanku semakin tidak enak saat ia mengarahkan motornya ke arah yang berlawanan dengan arah ke rumahku. Bodohnya, aku cuma diam saja sampai akhirnya Iwan menghentikan motornya di depan sebuah bioskop yang cukup terkenal di kota SMD.
“Nonton dulu ya Kak?” Pintanya sopan.
“Aduh gimana ya San.. Ini kan sudah sore” Jawabku panik.
“Please Kak.. Ini film yang pengen banget aku tonton, lagian ini hari pemutarannya yang terakhir” Sahut Iwan dengan tatapan yang memohon.
“Iya deh.. Tapi habis itu langsung pulang” tegasku. Iwan tersenyum dengan penuh kemenangan.
Setelah memesan tiket, kami pun masuk ke dalam dan ternyata yang menonton sangat sedikit. Setelah mendapatkan tempat duduk, kami berdua mulai menikmati film yang diputar. Belum lama berselang, aku tercekat kaget saat tangan Iwan merangkul bahuku. Aku berusaha untuk tenang dan tak bereaksi apa-apa. Melihat aku diam saja Iwan semakin berani, mukanya didekatkan ke wajahku hingga sontak aku menolak saat ia mencoba mencium bibirku. Tapi malah bertambah parah karena yang dia cium adalah telinga dan leherku, padahal itu termasuk daerah sensitifku.
Aku menjadi deg-degan, dan sepertinya Iwan mengetahui kalau aku mulai memakan umpan yang ia berikan. Tangannya mulai turun ke dadaku dari bahu. Ternyata tangannya sangat lihai meskipun dari luar putaran-putaran jarinya mampu membuatku sesak karena buah dadaku yang telah mengeras. Tangannya terus aku pegang. Tangannya yang satu berhasil kutahan semantara yang lain berhasil lolos dan semakin aktif.
Dia berhasil membuka kancing-kancing bajuku bagian atas lalu tangannya bermutar-mutar di atas BH-ku yang tipis. Malu juga rasanya kalau Iwan tahu bahwa putingku sudah keras sekali. Bibirnya yang bermain di leherku mulai turun ke bahu dan entah bagaimana caranya, ternyata Iwan telah menurunkan tali BH dan bajuku sampai ke pinggang lalu bibirnya bermain diatas BH-ku dan sekali renggut buah dadaku telah terekspos pada bibirnya.
Aku menjadi semakin lupa diri, lupa pada suami dan anak-anakku, dan lupa kalau Iwan adalah kekasih adikku dan kemungkinan besar akan menjadi iparku kelak. Begitu buah dadaku terekspos, Iwan tidak langsung mencaplok tapi putingku yang keras dirangsang dulu dengan hidungnya. Nafasnya yang hangat sudah bisa membuat putingku semakin mengeras. Lalu dia ciumi pelan-pelan buah dadaku yang berukuran 34B itu, mula-mula bagian bawah terus melingkar sehingga hampir semua bagian buah dadaku dicium dengan lembut olehnya. Belum puas menggodaku, lidahnya kemudian mulai menari-nari di atas buah dadaku. Akhirnya pertahananku pun jebol hingga aku mulai mendesah halus. Akhirnya apa yang kukhawatirkan terjadi, lidahnya mulai menyapu sekitar puting dan akhirnya..
Akh.. putingku tersapu lidahnya.. Perlahan mula-mula, semakin lama semakin sering dan akhirnya putingku dikulumnya. Ketika aku merasa nikmat, ia melepaskannya dan kemudian mulai mengecup dari bagian tepi lagi. Perlahan mendaki ke atas dan kembali ditangkapnya putingku. Kali ini putingku digigitnya perlahan sementara lidahnya berputar-putar menyapu putingku. Sensasi yang ditimbulkannya sungguh luar biasa, semua keinginan yang kupendam selama 3 bulan ini serasa terpancing keluar dan berontak untuk segera dipuaskan.
Melihatku mendesah, Iwan semakin berani. Selain menggigit-gigit kecil putingku sembari lidahnya menyapu-nyapu, tangannya mulai bermain di lututku. Perasaan yang kupendam selama ini kelihatannya mulai bergejolak. Hal itu membuatku membiarkan tangannya menggerayangi lutut dan masuk menyelusup ke dalam rokku untuk mengelus pahaku. Dia tahu bahwa tubuhku merinding menahan nikmat dan dengan lihai tangannya mulai mendaki dan kini berada di selangkanganku.
Dengan lembut Iwan mengusap pangkal pahaku di pinggiran CD-ku. Hal ini menimbulkan sensasi dan nikmat yang luar biasa. Aku tak dapat duduk tenang lagi, sebentar-bentar menggelinjang. Aku sudah tak dapat lagi menyembunyikan kenikmatan yang kualami, hal ini bisa dia ketahui dengan telah lembabnya CD-ku. Jarinya yang besar itu akhirnya tak mampu kutahan ketika dia memaksa menyelinap ke balik CD-ku dan langsung menuju clitku. Dengan lembut dia memainkan jarinya sehingga aku terpaksa menutup bibirku agar lenguhanku yang keluar tak terdengar oleh penonton yang lain. Jarinya dengan lembut menyentuh clitku dan gerakannya yang memutar membuat tubuhku serasa ringan dan melayang.  Akhirnya pertahananku jebol, cairan kental mulai keluar dari vaginaku dan Iwan mengetahuinya hingga semakin mengintensifkan serangannya. Akhirnya puncak itu datang, kupeluk kepalanya dengan erat dan kuhunjamkan bibirku ke bibirnya dan tubuhku bergetar. Iwan dengan sabar mengelus clitku hingga membuatku bergetar-getar seolah tak berhenti. Lubang vaginaku yang basah dimanfaatkan dengan baik olehnya. Sementara jari jempolnya tetap memainkan clitku, jari tengahnya mengorek-ngorek lubangku mensimulasi apa yang dilakukan laki-laki pada wanita. Aku megap-megap dibuatnya, entah berapa lama Iwan membuatku seperti itu dan sudah berapa kali aku mengalami orgasme.
Aku lalu memberanikan diri, kujulurkan tanganku ke arah selangkangannya. Di sana jemariku menemukan gundukan yang mulai mengeras. Begitu tersapu oleh belaianku, gundukan itu berubah menjadi batang hangat yang mengeras. Jariku terus membelai turun naik sepanjang batang itu yang menurutku sangat besar untuk ukuran seorang pemuda berusia 21 tahun. Secara perlahan batang tersebut bertambah panjang dan besar hingga menimbulkan getaran-getaran yang membuatku kembali mencapai orgasme. Saat orgasme, tanganku secara tak sengaja meremas-remas bolanya sehingga Iwan pun terangsang.
“Kita ke tempat kosku ya Kak..” bisiknya kemudian sambil mengecup daun telingaku.
Aku mengangguk, dan setelah merapikan pakaian yang aku kenakan, Iwan menarikku sehingga aku berjalan mengikutinya. Setelah 10 menit naik motor, kami mulai memasuki sebuah bangunan yang besar dan agak sepi. Saat dia menggandeng pinggulku menuju kamarnya, beberapa orang anak kost di sana tampak menatap kami dengan pandangan penuh pengertian. Tapi itu tetap tak mengurangi rasa kikuk dan canggung yang menyerangku. Apa yang sedang kulakukan di sini, batinku.
Saat aku sampai di depan pintu kamar kostnya yang terbuka, aku terdiam sejenak. Keraguan besar mendadak menyerangku, dan itu ternyata ditangkap oleh Iwan. Dengan tenang dia menangkap bahuku dari belakang dan dengan pelan dia mendorongku masuk ke dalam. Setelah menutup pintu dan menguncinya, lalu tangannya turun ke pinggulku dan kemudian memutar tubuhku sehingga kini kami saling berhadapan untuk pertama kalinya sejak dari kolam renang.
Kami berhadapan sejenak, lalu Iwan tersenyum dan kembali bibirnya mengecup bibir bawah dan atasku bergantian dan berusaha membangkitkan gairahku lagi. Aku mendesah kecil ketika tangannya turun ke bokongku kemudian meremasnya lalu menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Bibirnya perlahan mengecup bibirku, bibirnya merambat di antara dua bibirku yang tanpa sadar merekah menyambutnya.
Lidah itu begitu lihai bermain di antara kedua bibirku mengorek-ngorek lidahku agar keluar. Sapuan lidahnya menimbulkan sensasi-sensasi nikmat yang belum pernah aku rasakan, sehingga dengan perlahan lidahku dengan malu-malu mengikuti gerakan lidahnya mencari dan mengikuti kemana lidahnya pergi. Dan ketika lidahku menjulur memasuki mulutnya, dengan sigap Iwan menyambutnya dengan lembut dan menjepit lidahku di antara langit-langit dan lidahnya. Tubuhku menggeliat menahan nikmat yang timbul, itulah ciuman ternikmat yang pernah kurasakan dalam hidupku.
Pada saat itulah aku merasa Iwan membuka kancing-kancing bajuku. Tubuhku sedikit menggigil ketika udara malam yang dingin menerpa tubuhku yang perlahan-lahan terbuka ketika Iwan berhasil memerosotkan bajuku ke lantai. Kemudian tangannya menjulur lagi ke pinggul, kemudian berhenti di bokong untuk meraih retsleting yang ada di rokku lalu menariknya ke bawah dan menanggalkan rokku ke lantai.
Aku lalu membuka mataku perlahan-lahan dan kulihat Iwan sedang menatapku dengan tajam tanpa berkedip. Dia tampak tertegun melihat tubuh mulusku yang hanya terbungkus oleh BH dan CD yang ketat. Sorotan matanya yang tajam menyapu bagian-bagian tubuhku secara perlahan, pandangannya agak lama berhenti pada bagian dadaku yang kencang membusung. BH-ku yang berukuran 34B memang hampir tak sanggup menampung bongkahan dadaku, sehingga menampilkan pemandangan yang mengundang syahwat lelaki, apa lagi darah muda seperti Iwan.
Tatapan matanya cukup membuatku merasa hangat, dan dalam hati kecilku ada perasaan senang dan bangga dipandangi lelaki dengan tatapan penuh kekaguman sperti itu. Rasanya semua usahaku selama ini untuk menjaga kekencangan tubuh tidak sia-sia. Aku terseret maju ketika lengan kekar Iwan kembali merangkul pinggangku yang ramping dan menariknya merapat ke tubuhnya. Tanganku terkulai lemas ketika sambil memelukku, Iwan mengecup bagian-bagian leherku sambil tak henti-hentinya membisikkan pujian-pujian akan kecantikan bagian-bagian tubuhku. Akhirnya kecupannya sampai ke daerah telingaku dan lidahnya secara lembut menyapu bagian belakang telingaku.
Aku menggelinjang, tubuhku bergetar sedikit dan rintihan kecil lepas dari kedua bibirku. Iwan telah menyerang salah satu bagian sensitifku dan dia mengetahui sehingga ia melakukannya berulang kali.
“Kak I’in.. Aku ingin menghabiskan malam ini bersama kamu.., jangan menolak ya.. please..” bisiknya dengan penuh pesona.
Kemudian bibirnya kembali menyapu bagian belakang telingaku hingga pangkal leherku. Aku tak sanggup menjawab, tubuhku terasa ringan dan tanpa sadar tanganku kulingkarkan ke lehernya. Rupanya bahasa tubuhku telah cukup dimengerti oleh Iwan sehingga dia menjadi lebih berani. Tangannya telah membuka kaitan BH-ku dan dalam sekejap BH itu sudah tergeletak di lantai.
Tubuhku serasa melayang. Ternyata Iwan telah mengangkat tubuhku, dibopongnya ke tempat tidur dan dibaringkan secara perlahan. Kemudian Iwan menjauhiku dan dengan perlahan mulai melepaskan pakaiannya. Aku sangat menikmati pemandangan ini. Tubuh Iwan yang kekar dan berotot itu tanpa lemak hingga menimbulkan gairah tersendiri untukku. Dengan hanya mengenakan celana dalam, Iwan duduk di ujung ranjang. Aku berusaha menduga-duga apa yang akan dilakukannya. Kemudian dia membungkuk dan mulai menciumi ujung jariku kakiku. Aku merintih kegelian dan berusaha mencegahnya, namun Iwan memohon agar dia dapat melakukannya dengan bebas. Karena penasaran dengan sensasi yang ditimbulkannya, akhirnya aku biarkan dia menciumi, menjilat dan mengulum jari-jari kakiku.
Aku merasa geli, tersanjung sekaligus terpancing untuk terus melanjutkan kenikmatan ini. Bibirnya kini tengah sibuk di betisku yang menurutnya sangat indah itu. Mataku terbelalak ketika kurasakan dengan perlahan tapi pasti bibirnya semakin bergerak ke atas menyusuri paha bagian dalamku. Rasa geli dan nikmat yang ditimbulkan membuatku lupa diri dan tanpa sadar secara perlahan pahaku terbuka. Iwan dengan mudah memposisikan tubuhnya di antara kedua pahaku. Aku berteriak tertahan ketika Iwan mendaratkan bibirnya di atas gundukan vaginaku yang masih terbungkus CD. Tanpa mempedulikan masih adanya celana dalam, Iwan terus melumat gundukan tersebut dengan bibirnya seperti saat sedang menciumku.
Aku berkali-kali merintih nikmat, dan perasaan yang lama telah hilang dalam setahun ini muncul kembali. Getaran-getaran orgasme mulai bergulung-gulung, tanganku meremas apa saja yang ditemuinya, sprei, bantal, dan bahkan rambut Iwan. Tubuhku tak bisa diam bergetar menggeliat dan gelisah, mulutku mendesis tanpa sengaja, pinggulku meliuk-liuk erotis secara refleks dan beberapa kali terangkat mengikuti kepala Iwan. Untuk kesekian kalinya pinggulku terangkat cukup tinggi dan pada saat itu Iwan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menarik celana dalamku lepas. Aku agak tersentak tetapi puncak orgasme yang makin dekat membuatku tak sempat berpikir untuk bertindak apa pun. Bukit vaginaku yang sudah 3 bulan tak tersentuh suami terpampang di depan mata Iwan.
Dengan perlahan lidah Iwan menyentuh belahannya, aku menjerit tak tertahan dan ketika lidah itu bergerak turun naik di belahan vaginaku, puncak orgasmeku datang tanpa tertahankan. Tanganku memegang dan meremas rambut Iwan, tubuhku bergetar-getar dan melonjak-lonjak. Iwan tetap bertahan pada posisinya, sehingga lidahnya tetap bisa menggelitik klitorisku ketika puncak kenikmatan itu datang. Aku merasa dinding-dinding vaginaku telah melembab, dan kontraksi-kontraksi khas pada lorong vaginaku mulai terasa. Itulah salah satu kelebihanku yaitu lorong vaginaku secara refleks akan membuat gerakan-gerakan kontraksi hingga membuat suamiku selalu tak bisa bertahan lama.
Iwan tampaknya bisa melihat kontraksi-kontraksi itu, sehingga membuatnya semakin bernafsu. Kini lidahnya semakin ganas dan liar menyapu habis daerah selangkanganku, bibirnya ikut mengecup dan bahkan cairanku yang mulai mengalir disedot habis olehnya. Nafasnya mulai memburu, aku tak lagi bisa menghitung berapa kali aku mencapai puncak orgasme oleh permainan lidah dan bibirnya. Iwan kemudian bangkit. Dengan posisi setengah duduk dia melepaskan celana dalamnya. Beberapa saat kemudian aku merasa batang yang sangat besar itu mulai menyentuh selangkanganku yang basah.
Iwan membuka kakiku lebih lebar dan mengarahkan kepala kemaluannya ke bibir vaginaku. Meskipun tidak terlihat olehku, aku bisa merasakan betapa keras dan besarnya milik Iwan. Dia mempermainkan kepala penisnya di bibir kemaluanku, digerakkan ke atas dan ke bawah dengan lembut untuk membasahinya. Tubuhku seperti tidak sabar untuk menanti tindakan selanjutnya, lalu gerakan itu berhenti. Dan aku merasa sesuatu yang hangat mulai mencoba menerobos lubang kemaluanku yang masih sempit. Tetapi karena liang itu sudah cukup basah, kepala penis itu dengan perlahan tapi pasti terbenam, semakin lama semakin dalam.
Aku merintih panjang ketika Iwan akhrinya membenamkan seluruh batang kemaluannya. Aku merasa sesak tetapi sekaligus merasakan nikmat yang luar biasa, seakan seluruh bagian sensitif dalam liang itu tersentuh. Batang kemaluan yang keras dan padat itu disambut hangat oleh dinding vaginaku yang sudah 3 bulan tidak tersentuh. Cairan-cairan pelumas mengalir dari dinding-dindingnya dan vaginaku mulai berdenyut hingga membuat Iwan membiarkan kemaluannya terbenam agak lama untuk merasakan kenikmatan denyutan vaginaku. Kemudian Iwan mulai menariknya keluar dengan perlahan dan mendorongnya lagi, semakin lama semakin cepat.
Sodokan-sodokan yang sedemikian kuat dan buas membuat gelombang orgasme kembali membumbung, dinding vaginaku kembali berdenyut. Kombinasi gerakan kontraksi dan gerakan maju mundur membuat batang kemaluan Iwan seakan diurut-urut, suatu kenikmatan yang tidak bisa disembunyikan oleh Iwan hingga gerakannya semakin liar, mukanya menegang dan keringat bertetesan dari dahinya. Melihat hal ini, timbul keinginanku untuk membuatnya mencapai nikmat.
Pinggulku kuangkat sedikit dan membuat gerakan memutar manakala Iwan melakukan gerakan menusuk. Iwan tampak terkejut dengan gerakan ‘dangdut’ ini hingga mimik mukanya bertambah lucu menahan nikmat, batang kemaluannya bertambah besar dan keras, ayunan pinggulnya bertambah keras tetapi tetap lembut. Akhirnya pertahanannya pun bobol, kemaluannya menghunjam keras ke dalam vaginaku, tubuhnya bergetar dan mengejang ketika spermanya menyemprot keluar dalam vaginaku berkali-kali. Aku pun melenguh panjang ketika untuk kesekian kalinya puncak orgasmeku kembali tercapai.
Sesaat dia membiarkan batangnya di dalamku hingga nafasnya kembali teratur. Tubuhku sendiri lemas luar biasa, namun kuakui kenikmatan yang kuperoleh sangat luar biasa dan belum pernah kurasakan sebelumnya selama aku telah 10 tahun menikah. Kami kemudian terlelap kecapaian setelah bersama-sama mereguk kenikmatan.
Pagi itu aku terbangun sekitar jam 05:45, dan aku merasa seluruh badanku sangat pegal dan linu. Setelah beberapa saat mengembalikan kesadaran, aku kembali teringat tentang malam hebat yang baru saja aku lalui. Bahkan saat malam pertama bersama suami dulu pun aku tidak merasakan kepuasan yang teramat sangat seperti ini. Bulu kudukku meremang saat mengingat tiap detik kejadian tadi malam. Lalu aku mencoba bangkit untuk duduk, tapi badanku tertahan.
Saat kuperhatikan, ternyata badanku tertahan oleh kedua lengan Iwan. Tangan kanannya menjadi bantal untuk kepalaku dan sedang menggenggam lemah salah satu payudaraku, sementara tangan kirinya melingkar di pinggang dengan telapak tangan terjepit di antara kedua belah pahaku. Lalu aku merasakan hembusan nafas hangat yang halus di tengkukku, lalu aku menolehkan kepala sedikit. Aku melihat wajah Iwan yang sedang tertidur tenang di sampingku, wajah itu seperti sedang tersenyum puas. Siapa pun akan berwajah seperti itu jika habis ML, batinku.
Saat aku mencoba melepaskan tangan kirinya, aku mendengar suara Iwan yang bergumam di belakangku. Kutolehkan wajahku, perlahan dia membuka kedua matanya lalu sebuah senyum tipis terlihat di wajahnya. Bersamaan dengan itu aku merasakan tangan kanannya semakin erat menggenggam payudaraku dan tangan kirinya mulai mengelus-elus pangkal pahaku. Aku yang tidak siap dengan serangan itu agak terkejut sehingga tubuhku bergetar halus.
“Pagi Kak I’in tersayang”, sapanya halus sambil mengecup leherku.
“Mmh.. Pagi san.. kamu.. mau.. ngapain..?”, balasku sambil mencoba mengatasi pergerakan kedua tangan Iwan yang semakin aktif.
Lalu kecupannya mulai bergerak dari tengkuk menuju leher di bawah telinga kemudian lidahnya menjilati belakang telingaku yang memang sejak semalam mendapatkan rangsangan berkali-kali.
“Wann.. Kakak boleh nanya nggak?”, ucapku sambil menikmati jilatannya.
“Masalah apa Kak?”, balasnya sambil terus menjilat dan meremas.
“Kenapa kamu.. Mau sama Kak I’in yang sudah tua ini?”.
Sejenak Iwan terdiam, lalu ia membalikkan tubuhku sehingga kini aku berhadap-hadapan dengannya, kemudian dia mengecup bibirku lembut. Lalu Iwan bercerita kalau dia sangat suka melihat keindahan tubuhku yang tetap terjaga walaupun telah memiliki 2 orang anak. Selama ini dia masih bisa menahan hasratnya, tapi saat melihat aku yang mengenakan pakaian renang, Iwan tidak dapat lagi mengendalikan birahinya. Saat aku menanyakan bagian mana dari tubuhku yang membuatnya sangat terangsang. Iwan mengatakan bahwa pinggangku yang ramping terlihat sangat seksi dari belakang. Terutama kalau mengenakan celana kain yang ketat, tambahnya.
Aku cuma terdiam mendengar penuturannya, tak kusangka kalau selama ini Iwan sangat memperhatikan diriku. Lalu dengan tenang Iwan mulai meremas dadaku lagi, aku cuma diam menerima apa yang bakal dia lakukan. Kedua jari-jari tangannya aktif meremas kedua payudaraku, apa lagi saat jari-jari itu mulai memilin dan kemudian memelintir kedua puting susuku. Rasa nikmat yang luar biasa dari dada itu menyebar ke seluruh badanku, sehingga membuat tubuhku bergetar dan mengerang halus. Tiba-tiba semua kenikmatan itu terhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku membuka mata sebentar, ternyata Iwan sedang asyik menjilati putingku dan sesekali menghisap-hisapnya.
Aku terus meresapi setiap kenikmatan yang dihasilkan oleh permainan lidah Iwan di dadaku, pelan-pelan kubuka mataku. Dan aku bisa menyaksikan bagaimana Iwan menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Aku mendesah panjang saat aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh vaginaku. Rupanya jari-jari Iwan telah mengelus-elus vaginaku yang sudah basah sekali. Sambil terus memainkan lidahnya di puting susuku yang sudah sangat mengeras, seperti semalam sambil menghisap lidahnya memutar-mutar puting susuku, sesekali dia menggigitnya sehingga aku menjadi berkelojotan tak tertahankan. Saat aku terengah-engah mengambil nafas, Iwan memindahkan serangannya ke arah selangkanganku.
Aku menarik nafas dalam-dalam sewaktu lidahnya yang basah dan hangat pelan-pelan menyentuh vaginaku, aku mendesah tertahan saat lidahnya naik ke klitorisku dan menyentuhnya. Kemudian dengan lihainya Iwan memelintir klitorisku dengan bibir hingga benar-benar membuatku merem-melek keenakan. Aku seperti tersetrum karena tidak tahan, melihat itu Iwan semakin ganas memelintir klitorisku.
“Euh.. Ah.. Ah.. Ach.. Aw..”
Aku sudah tidak tahu bagaimana keadaanku waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa memutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti orang yang baru lari marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku yang bermula dari selangkangan merambat ke pinggul lalu bergerak ke dada dan akhirnya membuat badanku kejang-kejang tanpa bisa kukendalikan.
Iwan memandangi wajahku yang sedang menikmati puncak kenikmatan yang telah dia berikan, sesungging senyum terlintas di sana. Aku mencoba mengatur nafasku, dan sewaktu aku telah mulai tenang Iwan menyodorkan penisnya yang.. wow, ternyata 2 kali lebih besar daripada milik suamiku.
Kini penisnya yang telah hampir maksimal berdiri di depan mukaku, tangan kanannya digunakan untuk memegang batang penis itu sementara tangan kirinya membelai rambutku dengan lembut. Aku tahu dia mau dioral. Sudah 2 tahun aku tidak melakukannya sehingga ada rasa jijik sedikit. Tapi rasanya tidak adil, dia sudah memuaskan aku, masa aku tolak keinginannya. 
Aku buka mulutku dan kujilat sedikit kepala penisnya, terasa hangat dan membuatku ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi terus dan terus. Iwan duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkannya telentang. Aku juga duduk di ranjang, lalu aku membungkuk sedikit, aku pegang batang penisnya yang 2 kali lebih besar daripada milik suamiku itu dengan tangan kiri dan tangan kananku menahan badanku agar tidak jatuh saat mulutku sedang bekerja.
Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai kulum kepala penisnya. Aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku tapi sayang tidak bisa masuk semuanya. Kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku tapi masih ada sisa beberapa centi lagi. Aku tidak mau memaksakannya, aku gerakkan naik turun sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya memakai tangan kiriku.
Iwan sepertinya puas dengan permainanku, dia memperhatikan bagaimana asyiknya aku mengkaraoke batang penisnya, sesekali dia membuka mulut sambil sedikit mendesah. Sekitar 10 menit kemudian, masih juga belum ada tanda-tanda kalau dia akan keluar. Lalu dia melepaskan batang penisnya dari mulutku yang masih penasaran. Lalu Iwan berdiri dan mendorong tubuhku ke ranjang sampai aku telentang.
Lalu dibukanya pahaku agak lebar dan dijilatinya lagi vaginaku yang sudah kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah berukuran maksimal, kemudian Iwan mengarahkan batang penisnya ke vaginaku, tapi tidak langsung dia masukkan. Dia gosok-gosokkan kepala penisnya terlebih dulu ke bibir vaginaku, baru beberapa detik kemudian dia dorong batang penisnya ke dalam.
Terasa sesuatu yang keras padat hangat dan besar memaksa masuk ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah berlendir. Aku mulai berkejap-kejap lagi merasakan bagaimana penisnya menggosok-gosok dinding vaginaku hingga rasa nikmat yang luar biasa kembali menjalari tubuhku. Tiba-tiba penis Iwan memaksa masuk terus melesak ke dalam vaginaku hingga membuat tubuhku berkelojotan tak karuan menahan nikmat.
Lalu Iwan mulai menggerakkan pinggangnya naik turun. Penisnya menggesek-gesek vaginaku, mula-mula lambat lalu semakin lama semakin cepat. Ada rasa nikmat luar biasa setiap kali Iwan menusukkan penisnya dan menarik penis itu lagi. Iwan semakin cepat dan semakin keras mengocok vaginaku, aku sendiri sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat yang terus mengalir dari dalam vaginaku.
Saat rasa nikmat itu semakin menggumpal dan hampir tumpah keluar, tiba-tiba Iwan mencabut penisnya dari vaginaku. Dia tengkurap diatasku, walau sudah lemas tapi aku tahu apa yang ingin Iwan lakukan. Lalu aku angkat pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku sedikit sementara tanganku menahan badanku agar tidak ambruk dan aku bersiap untuk ditusuk olehnya dari belakang.
Iwan memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang, terus dia kocok lagi vaginaku. Dari belakang kocokan Iwan tidak terlalu keras, tapi semakin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku agar tidak ambruk, dan aku rasakan tangan Iwan meremas-remas dadaku dari belakang, terus jari-jarinya menggosok-gosok puting susuku hingga ini membuatku merasa seperti diserang dari dua arah, depan dan belakang.
Iwan kembali mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kali ini dimasukkannya ke dalam anusku. Dia benar-benar memaksakan penisnya masuk, padahal inilah pertama kalinya ada batang penis yang menjelajahi lubang anusku. Iwan sepertinya tidak peduli, dia mengocok anusku seperti mengocok vaginaku, kali ini cuma tangan kirinya yang meremas dadaku sedangkan tangan kanannya sibuk bermain-main di selangkanganku, dia masukkan jari tengahnya di vaginaku dan jempolnya menggosok klitorisku.
Aku benar-benar melayang, tubuhku bergerak-gerak tak karuan dan mataku berkejap-kejap keenakan. Anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-gosok, dadaku diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir dan vaginaku dikocok-kocok juga pakai jari tengah. Aku benar-benar tidak kuat lagi, serasa seperti ada aliran setrum yang menyerang tubuhku dan menyebar ke segala arah. Bersamaan dengan itu aku merasa kepala penis Iwan membesar di dalam lubang anusku. Secara bersamaan aku menjerit halus dan ambruk ke atas kasur, batang penisnya sudah tidak bergerak-gerak lagi tapi kedua tangannya tetap aktif bergerak membantuku meresapi setiap detik kenikmatan di setiap sendi tubuhku. Iwan lalu membalikkan tubuhku kemudian menjilati kedua puting susuku.
Sambil menikmati sisa-sisa gelombang orgasme yang masih terus menjalar, aku pegang rambut Iwan yang lumayan panjang dan kujambak. Setelah itu aku melangkahkan kaki ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar kostnya. Guyuran air yang dingin mengembalikan kesegaran tubuhku yang terasa linu di sana-sini. Saat sedang asyik menikmati semua itu, ada ketokan halus dari arah pintu. Kubuka pintu kamar mandi dan Iwan tampak terkesima menyaksikan tubuhku yang telanjang bulat dengan rambut yang basah. Dia masuk dan langsung merangkul tubuhku.
“Mandi dulu dong”, pintaku berbisik di telinganya.
Ternyata dia mau menurut dan langsung mengguyur badannya dengan air, kemudian Iwan menyabuni tubuhnya dengan sabun cair. Melihat tubuh kekar yang berotot itu basah oleh air, gairahku mulai naik kembali.
Selama ini aku belum pernah bercinta sambil mandi dengan suamiku, mungkin inilah kesempatan untukku, batinku. Kudekati tubuh Iwan, kuambil sedikit sabun cair lalu kuoleskan ke telapak tanganku. Setelah itu kusabuni tubuhnya, pertama ke dadanya yang bidang, lalu turun ke perutnya yang berotot dan akhirnya ke arah batang penisnya yang sudah berdiri tegak kembali.
Melihat batang kejantanannya yang membesar dan mengeras itu membuatku bergidik dan gemas. Pelan-pelan kuoleskan sabun ke penisnya lalu kuusap-usap lembut batang penis yang perkasa itu. Kulihat Iwan mulai gelisah, sehingga kutingkatkan gerakan tanganku menjadi sebuah kocokan tapi tetap lembut. Kulihat gerakan tubuh Iwan semakin tidak beraturan, mau keluar rupanya dia, batinku.
Tiba-tiba Iwan menarik tanganku dan melepaskannya dari batang penisnya. Lalu Iwan ganti menyabuni tubuhku, mula-mula dia menggosok kedua tanganku terus kedua kakiku. Sampailah gerakan menyabunnya pada daerahku yang vital. Lalu Iwan berdiri di belakangku. Kemudian dia merangkulku dan mulai menyabuni kedua payudaraku dengan telapak tangannya yang besar dan lebar. Aku berusaha bertahan agar tidak mengeluarkan suara desahan, tapi apa mau dikata saat dia mulai memelintir puting susuku sebuah desahan panjang keluar juga dari bibirku.
Puas bermain di sekitar dada, usapannya merangkak ke bawah melewati perutku dan terus turun hingga akhirnya sampai di liang senggamaku. Aku kembali merintih saat Iwan mengusap liang vaginaku dengan lembut, busa sabun hampir menutupi permukaan lubang vaginaku. Saat gerakanku semakin liar, Iwan menarik tangannya dari bawah pahaku dan mengguyur tubuh kami berdua dengan air yang dingin menyejukkan. Aku lalu membalikkan tubuhku sehingga kini kami saling berhadapan, tinggi badanku hanya sampai kening Iwan.
Kucium bibirnya dan dia membalasnya, gerakan lidahnya yang liar menari-nari di dalam rongga mulutku dan aku sangat menikmatinya. Tangan kami pun tidak tingal diam, dia menyentuh payudaraku dan aku pun menyentuh batang kejantanannya yang berdiri tegak perkasa. Terjadilah perang gerakan tangan antara kami berdua, Iwan asyik meremas dan memelintir sepasang puting susuku sambil sesekali menghisap dan menggigitnya. Sementara aku mencoba mengimbanginya dengan terus aktif mengocok batang penis Iwan yang sudah sangat keras. Desahan nafas dan rintihan kenikmatan kami berdua memenuhi semua sudut kamar mandi itu.
Setelah kurasa cukup, secara perlahan kubimbing batang penisnya untuk memasuki lubang vaginaku. Kulebarkan sedikit kakiku agar batang kejantanan Iwan dapat lebih mudah memasuki liang vaginaku. Secara perlahan batang penis itu mulai menerobos liang senggamaku yang seakan menyedotnya. Kubiarkan sejenak rasa nikmat itu menjalari semua sendi tubuhku, lalu kulilitkan tanganku ke lehernya. Lalu Iwan menggendongku dan menyandarkan tubuhku ke dinding kamar mandi. Kemudian Iwan mulai menggoyang pinggulnya yang membuat batang kejantanannya keluar masuk di lubang vaginaku. Rasa nikmat luar biasa menderaku saat batang penis Iwan menghunjam ke dalam liang senggamaku. Sekitar sepuluh menit kemudian rasa nikmat itu mulai menjalari tubuhku, dan akhirnya sebuah erangan panjang menyertai ledakan orgasme yang menghantam tubuhku.
Iwan berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan padaku menikmati orgasme yang kesekian kalinya. Setelah melihat nafasku yang kembali teratur, dia kembali melanjutkan gerakan pinggulnya yang semakin cepat dan tajam. Aku tak menyangka kalau gerakannya itu bisa kembali membuatku merasakan detik-detik menjelang orgasme. Saat Iwan menjerit dan menumpahkan spermanya ke dalam lubang vaginaku, saat itulah aku merasa tubuhku seakan disetrum dan kembali ledakan orgasme menderaku. Padahal baru lima menit yang lalu aku mencapai klimaks. Setelah cukup tenang, aku menarik wajah Iwan lalu menciumnya lembut.
“Wann.. Kakak boleh nanya nggak?”, ucapku membuka pembicaraan.
“Apa itu Kakak sayang..?”, bisiknya lembut di telingaku.
“Apa kamu sudah pernah melakukan ini dengan Lisa.. Atau dengan cewek lain?”, tanyaku lembut. Dia tersenyum menatapku, lalu ia memelintir kedua puting susuku sehingga aku mendesah kecil, lalu dia berbisik..
“Kak I’in adalah orang pertama yang menikmati batang kejantananku”.
Astaga, ternyata pada saat Iwan bercinta denganku dia masih perjaka, tapi aku tidak begitu saja percaya dan sepertinya Iwan bisa melihatnya dari air mukaku. Lalu ia berkata bahwa dia rajin membaca buku dan cerita mengenai seks, selain itu dia juga sering menonton film BF untuk mencari trik-trik baru. Dan saat bersamaku dia mengeluarkan semua ilmu yang telah didapatnya, dan yang membuatku lebih kaget lagi adalah dia mengatakan bahwa itu pun belum semua ilmunya dikeluarkan.
Karena periode datang bulanku dan kepulangan suamiku dari tempatnya bekerja, membuat hubunganku dengan Iwan agak terganggu. Praktis selama dua minggu lebih kami tidak melakukan pertemuan sejak hubungan seks pertama yang kami lakukan. Memang pernah sekali dia datang ke rumahku tapi itu hanya untuk menemani Lisa  adikku yang juga pacarnya.
Selama dua minggu itu, aku selalu terbayang-bayang bagaimana perkasanya Iwan saat sedang mencumbuku malam itu, bahkan saat sedang bercinta dengan suamiku, yang kubayangkan saat sedang memasukkan batang kejantanannya ke liang senggamaku adalah Iwan.
Dan siang itu, setelah suamiku kembali ketempat dia bekerja, aku mendapat SMS dari Iwan yang mengatakan bahwa dia sangat kangen padaku dan ingin bertemu di sebuah mall yang cukup terkenal di kota kami. Aku segera bersiap sambil mengkhayalkan apa yang akan kami lakukan siang ini.
Setelah mengenakan celana kain ketat berwarna hitam lalu BH yang juga berwarna hitam yang menjadi pilihanku untuk menopang sepasang payudaraku yang menggantung indah. Dengan baju kaus warna putih yang agak kekecilan sehingga memamerkan lekuk tubuhku yang tak kalah dengan anak remaja. Aku segera bergegas pergi ke Mall dengan taksi yang kupesan melalui telepon.
Setelah membayar ongkos taksi, aku segera melangkahkan kaki ke dalam mall yang cukup megah itu. Lalu aku menunggu di suatu tempat yang mana dari tempat itu kita akan bisa melihat hampir ke seluruh sudut ruangan. Saat sedang asyik memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang, ada tangan yang merangkul pinggangku dan disertai sebuah ciuman di pipi.
“Halo Kak I’in.. Apa Kabar? Aku kangen loh..” sapanya sopan.
“Baik.. Kangen ketemu.. Atau kangen yang lain..?” godaku.
“Ah kakak.. Paham aja..” sahut Iwan sambil meremas pelan pantatku.
Kemudian kami berbincang-bincang sejenak untuk menghilangkan kekakuan. Berkali-kali Iwan memuji penampilanku saat itu yang katanya tidak seperti seorang ibu yang telah memiliki dua orang anak, tetapi lebih mirip seorang perawan yang minta diperawani. Aku merasa malu dan langsung mencubit pinggangnya sehingga dia berteriak dan membuat beberapa orang yang lewat menoleh ke kami. Lalu Iwan menarik pinggulku untuk segera beranjak pergi dari sana.
Dengan mesra kulingkarkan tanganku ke pinggang Iwan, sementara tangan Iwan semakin sering meremas-remas sepasang pantatku yang terlihat kencang dibalut celana kain yang ketat. Aku menunggu sebentar di luar mall, tak berapa lama Iwan datang dengan motornya. Lalu aku membonceng ke motor itu dan melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya sementara sepasang payudaraku menempel di punggung Iwan yang lebar.
Sepanjang perjalanan, Iwan terus bercerita bagaimana dia sangat ingin bertemu lagi denganku, sementara aku hanya berdiam menempelkan dadaku ke punggungnya. Begitu sampai di tempat kostnya, Iwan memintaku naik duluan karena ia masih harus memarkir motor. Beberapa mata mengawasiku saat melangkahkan kaki ke kamar Iwan, entah karena penampilanku atau karena aku pernah bermalam di sini. Setelah membuka pintu aku melangkah masuk dan menutupnya lagi, kuperhatikan seisi kamar masih rapi seperti terakhir kali saat aku berkunjung dan bercinta di sini.
Tak lama aku mendengar suara pintu dibuka lalu ditutup lagi, kemudian ada suara langkah kaki yang mendekat ke arahku. Kemudian sepasang tangan yang kokoh merangkul pinggangku, dan sebuah kecupan halus mendarat di leherku. Kuletakkan tanganku di kedua tangan Iwan yang sedang merangkulku, kemudian kecupan bibirnya bergerak ke arah sisi lain leherku. Perlahan tapi pasti rangsangan itu mulai merasuk ke tubuhku, ini kurasakan dari payudaraku yang mulai mengencang dan liang vaginaku yang mulai basah.
Lalu kecupan di leher itu mulai berubah menjadi jilatan di sekitar leherku. Sementara tangan Iwan sudah mulai menelusup masuk ke dalam bajuku dari arah depan. Aku memejamkan mataku saat tangan itu mulai mengusap-usap perutku, jarinya berputar-putar di sekitar lubang pusarku hingga menimbulkan sensasi geli tertahan. Kemudian tangan itu bergerak ke atas sambil menyingkap bajuku, sementara kecupan dan lidah Iwan menyerang telingaku sebelah kanan. Ini membuatku mendesah halus.
“Buka matanya dong sayang..” bisiknya halus di telingaku.
Perlahan aku membuka kedua mataku, dan entah kapan ternyata Iwan telah memindahkan posisiku yang kini menghadap ke arah cermin lemari pakaiannya. Di cermin itu aku menyaksikan bahwa tangan Iwan telah sampai ke buah payudaraku, sementara kaus yang kukenakan sudah tersingkap setengahnya. Lalu kedua tangan Iwan mulai meremas lembut sepasang payudaraku yang masih berbalut BH, mataku menyipit dan dari bibirku keluar suara mendesah yang halus menikmati remasan tangannya pada dadaku.
Lalu Iwan melepaskan baju kaus yang masih menggantung di leherku sehingga kini tubuh atasku hanya mengenakan BH hitam yang kontras dengan warna kulitku yang putih kekuning-kuningan. Aku merasakan di punggungku ada benda hangat yang bergerak turun dengan perlahan. Dengan giginya Iwan membuka kaitan pada bagian belakang BH-ku, dan dengan gerakan yang lembut akhirnya BH hitam itu melayang jatuh ke lantai. Seperti dikomando, semua aktivitas Iwan di tubuhku berhenti serempak.
“Kakak punya sepasang susu yang sangat indah..” bisiknya di telingaku. Aku melihat ke arah cermin dan bola mata Iwan tampak sangat bersinar terbakar oleh kobaran api birahi.
“Aku nggak bosan.. dan tak akan pernah bosan melihat.. menikmatinya..” bisik Iwan sambil mencium pipiku. Aku menjadi terharu mendengar perkataannya hingga rasa sayang dan hasrat birahiku semakin menjadi-jadi padanya.
Aku bisa merasakan nafasnya mulai memburu dan berat. Dengan pasti bibir kami saling bertemu, pertama-tama hanya ciuman ringan. Kemudian mulai menjadi liar tak terkendali lagi, mataku kembali terpejam menikmati setiap sensasi yang kualami. Kusambut serangan lidah Iwan yang bergerak-gerak liar di dalam rongga mulutku. Selama beberapa saat lidahku dan lidah Iwan bergulat bagai dua naga langit yang sedang bertarung. Secara tiba-tiba Iwan mencengkeram kedua payudaraku dengan keras hingga membuatku melenguh keras dan kakiku limbung seolah tanpa pijakan.
Entah mengapa ia melakukannya tapi itu memberikan sensasi luar biasa pada diriku. Aku hanya bisa pasrah sambil tanganku meremas rambut Iwan . Selama beberapa detik ia menahan posisi itu sehingga membuat nafasku mulai menjadi sesak, lalu secara perlahan dia melepas cengkeraman tangannya dan aku segera menghirup udara segar sepuas-puasnya. Tangan Iwan kembali bekerja dengan lembut di kedua buah payudaraku. Sesekali tangan nakal itu memilin-milin puting susuku kemudian meremasnya lagi dengan lembut, lalu puting susuku ditekan dan ditarik sampai membuatku menjerit pelan karena sensasi nikmat yang ditimbulkannya.
Sambil duduk di tepi kasur Iwan memutar tubuhku hingga kini kami saling berhadapan, sementara kepalanya tepat berada di depan payudaraku yang telah mengeras dengan putingnya yang telah memerah. Sebuah senyum simpul terlukis di wajahnya, lalu dia membenamkan wajahnya di belahan kedua payudaraku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat di sana, kemudian seperti seekor anjing yang sedang mengendus bebauan, hidung Iwan bergerak mengitari kedua payudaraku, ini menambah rasa geli dan nikmat yang kurasakan.
Akhirnya mulutnya memangsa salah satu puting susuku yang telah memerah dan mengeras. Di dalam mulutnya putingku mendapat serangan yang teramat dahsyat, lidah itu bergerak melingkar-lingkar di putingku sementara giginya menggigit-gigit halus buah dadaku. Iwan melakukannya bergantian pada kedua payudaraku. Dan ini sangat menyiksa batinku hingga kulampiaskan dengan menjambak rambut iwan yang gondrong ikal itu.
Kedua tangan Iwan mulai turun ke arah pantatku dan mulai meremasnya dengan lembut. Hisapan, jilatan dan gigitan pada payudaraku, dan remasan pada sepasang pantatku yang kencang membuatku semakin tak dapat mengontrol diri. Aku bisa merasakan bagaimana selangkanganku sudah sangat basah dan lembab, sementara belum ada tanda-tanda bahwa Iwan akan segera menyelesaikan permainannya pada bagian-bagian sensitif pada tubuhku. Tangannya tetap asyik bekerja di pantatku dan mulutnya terus aktif memangsa sepasang payudaraku.
Ada rasa lega saat Iwan mulai membuka resleting celanaku, dan saat ia memerosotkannya ke bawah tampaklah pemandangan yang pasti akan membuat setiap lelaki akan lupa diri jika melihatnya. CD putih yang kukenakan sudah sangat basah sehingga mencetak jelas apa yang ditampungnya di sana. Rambut vaginaku yang tebal karena belum sempat dicukur sudah basah oleh lendir yang keluar dari liang senggamaku dan mengeluarkan bau khusus yang merangsang.
“Wah sudah basah banget nih Kak.. Gimana dong..?” godanya nakal.
“Kamu sich nakal.. Bikin kakak terangsang hebat.. Pokoknya kamu harus tanggung jawab San” bentakku pura-pura dongkol.
dengan sekali sentak aku merasa melayang dan saat tersadar, tubuhku sudah terbaring di kasur tanpa ada benang yang melekat pada tubuhku. Lalu Iwan naik ke atas kasur dan langsung menindih tubuhku. Dengan nakal dia mencium bibirku lembut dan saat aku ingin membalasnya, bibirnya sudah bergerak turun ke arah leher sampai akhirnya mendarat di dadaku. Di sini bibir itu berhenti sejenak untuk menetek pada sepasang payudaraku, setelah puas di sana bibir itu kembali bergerak turun. Dan ketika mulai menyentuh rambut kemaluanku, bibir itu kembali berhenti dan menjulurkan lidahnya untuk menjilat perbatasan antara bagian yang berambut dan yang tidak.
Aku yang benar-benar telah terbakar oleh birahi jadi tak sabar. Kujambak rambut Iwan dan kuarahkan kepalanya ke arah pangkal pahaku. Sebuah lenguhan panjang keluar dari sepasang bibirku saat lidah Iwan menyentuh bibir vaginaku.
“Kakak cantik dan seksi sekali, Sayang..” katanya dngan suara parau pertanda bahwa dia juga sudah sangat terangsang.
Setelah itu Iwan membentangkan kedua belah pahaku lebih lebar, kemudian kepalanya kembali tenggelam di selangkanganku. Tanpa membuang waktu, bibir Iwan mulai melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Tubuhku menggelinjang hebat, sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung meremas-remas kedua buah payudaraku.
Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan meremas buah dadaku yang kenyal dan putih ini. Lidahnya yang hangat mulai menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku terangkat ke atas saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir vaginaku. Diringi desahan dan erangan dari bibirku, tanganku menarik kepala Iwan lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku, sedangkan pantatku selalu terangkat seolah menyambut wajah Iwan yang masih tenggelam di selangkanganku.
Aku semakin megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Iwan menjilat dan melumat bibir kemaluanku. Aku semakin melayang dan seolah terhempas ke tempat yang kosong. Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir Iwanmenyedot klitorisku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik klitorisku.
“Akhh.. Akhh.. Ohh..”
Dengan diiringi jeritan panjang akhirnya aku merasakan orgasme yang teramat nikmat. Benar-benar pandai memainkan lidah si Iwan ini, pikirku, hingga pantatku secara otomatis terangkat dan wajah Iwan semakin ketat membenam di antara selangkanganku yang terkangkang lebar. Napasku tersengal-sengal setelah mengalami orgasme yang sangat hebat tadi.
Lalu dengan tenang Iwan membersihkan cairan kenikmatan yang masih terus mengalir keluar dari liang senggamaku, sementara aku masih menetralisir aliran nafasku yang tersengal-sengal setelah mencapai puncak orgasme yang luar biasa. Rasanya seluruh tubuhku remuk dan pegal, kemudian Iwan pamit ke kamar mandi untuk berkumur sebentar.
Beberapa saat kemudian dia kembali sudah dalam keadaan telanjang bulat dan langsung berdiri di samping kepalaku dengan batang kejantanannya berdiri tegak menantang ke arahku. Aku merinding melihat besarnya batang pelir milik Iwan dan saat membayangkan bagaimana rasanya saat batang kontol yang besar itu memasuki liang vaginaku. Hasrat yang sempat turun itu mulai naik lagi. Saat tanganku hendak memegangnya, Iwan bergerak mundur hingga membuatku menjadi bingung.
“Hari ini biarkan aku saja yang muasin Kakak ya..” ucap Iwan sambil duduk di tepi kasur.
“Maksud kamu..? Kakak nggak ngerti San..?” tanyaku bingung.
“Hari ini aku pengen sepuasnya menikmati setiap inci tubuh Kakak” katanya tersenyum sambil membelai rambutku yang awut-awutan.
“Hari ini aku pengen membuat kakak mencapai kenikmatan sampai mau pingsan.. Boleh ya Kak..?” pintanya memelas.
“Ya udah.. Terserah kamu aja..” jawabku, walaupun sebenarnya aku tidak begitu paham dengan apa yang dia inginkan.
Kemudian dengan tersenyum Iwan mencium keningku yang dilanjutkannya dengan mencium kedua mataku, lalu bibirnya mengecup hidung dan kedua pipiku. Setelah menggosok-gosokkan hidungnya dengan hidungku, bibirnya mengecup pelan bibirku. Dengan mesra aku melingkarkan kedua tanganku pada lehernya dan menariknya agar lebih puas, aku ingin menikmati permainan lidahnya dalam mulutku karena tadi aku merasa lidah itu terlalu cepat turun ke bawah.
Lidah Iwan mulai menari-nari di dalam rongga mulutku, dengan lihainya lidah itu menelusuri setiap sudut rongga mulutku seolah memiliki mata. Sementara gerakan lidahku tidak dapat mengimbangi pergerakan lidah Iwan yang sangat liar. Dan itu menimbulkan sensasi nikmat yang memabukkan. Apa lagi saat kedua tangan Iwan mulai meremas-remas kedua buah payudaraku yang telah mengeras lagi. Payudara berukuran 34B itu seakan tenggelam dalam genggaman tangannya yang besar.
Iwan lalu memegang batang kemaluannya dan ditusukkannya ke celah-celah bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Dengan lembut dia mendorong pantatnya sampai akhirnya ujung kemaluan Iwan berhasil menerobos bibir kemaluanku hingga membuat tubuhku menggeliat hebat ketika ujung kemaluan yang besar itu mulai menyeruak masuk. Perlahan namun pasti rasa nikmat mulai kurasakan dari arah selangkanganku.
Kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir berteriak histeris. Sungguh batang kemaluan Iwan luar biasa nikmatnya. Liang kemaluanku serasa berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi batang kemaluan Iwan yang bergerak maju mundur secara perlahan. Dia terus menerus mengayunkan pantatnya, sementara keringat kami berdua semakin deras mengalir dan mulut kami masih terus berpagutan.
“Akkhh.. Wwaann..” aku menjerit perlahan saat kurasakan betapa batang kemaluan Iwan menyeruak semakin dalam dan serasa begitu sesak memenuhi liang senggamaku. Batang penisnya terasa berdenyut-denyut dalam jepitan liang vaginaku. Apa lagi lidah Iwan yang panas mulai menyapu-nyapu seluruh leherku dengan ganasnya hingga bulu kudukku serasa merinding di buatnya.
Aku tak sadar saat Iwan kembali mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku semakin menyeruak masuk. Aku yang sudah sangat terangsang menggoyangkan pantatku untuk memperlancar gerakan batang kemaluan Iwan dalam liang kemaluanku. Kepalaku bergerak-gerak liar merasakan sensasi hebat yang sedang kualami. Liang kemaluanku semakin berdenyut-denyut dan ada semacam gejolak yang meletup-letup hendak pecah dari dalam diriku.
Bless.., dengan perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak ke dalam lubang kenikmatanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang kemaluan Iwan yang besar itu.
“Hebat Kak.. Gak terasa kalau lubang kakak ini sudah dua kali ngeluarin anak..” puji Iwan. Ini membuatku semakin merasa bangga dan bahagia.
Terasa kehangatan batang kemaluannya dalam jepitan liang kemaluanku. Batang kemaluan Iwan mengedut-ngedut dalam jepitan lubang kenikmatanku. Kemudian dengan perlahan sekali Iwan mulai mengayunkan pantatnya hingga kurasakan batang kejantanannya menelusuri setiap inci liang kenikmatanku. Ini menimbulkan sensasi yang teramat nikmat untukku. Aku tak sempat mengerang karena tiba-tiba bibir Iwan sudah melumat bibirku. Lidahnya menyeruak masuk ke dalam mulutku dan mencari-cari lidahku. Aku pun membalasnya.
Iwan mendengus perlahan pertanda bahwa birahinya sudah mulai meningkat sementara gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam liang kemaluanku. Aku dapat merasakan bagaimana batang kontolnya yang keras menggesek-gesek dinding vaginaku. Aku pun mengerang dan tubuhku bergerak liar menyambut gesekan batang kejantanannya. Pantatku mengangkat ke atas seolah-olah mengikuti gerakan Iwan yang menarik batang kejantanannya dengan cara menyentak seperti orang memancing sehingga hanya ujung batang kejantanannya yang masih terjepit di dalam lubang kenikmatanku.
Lalu ia mendorong batang kejantanannya secara perlahan hingga ujungnya seolah menumbuk perutku. Iwan melakukannya berulang-ulang. Aku merasa ada semacam sentakan dan kedutan hebat saat Iwan menarik batang kemaluannya dengan cepat. Gerakannya ini membuat napasku semakin terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang terus naik dan tak tertahankan. Besarnya batang kejantanan Iwan membuat liang vaginaku terasa sempit. Sangat terasa sekali bagaimana nikmatnya batang kemaluan Iwan menggesek-gesek dinding liang vaginaku.
Secara refleks aku pun mengimbangi genjotan Iwan dengan menggoyang pantatku. Semakin lama genjotan Iwan semakin cepat dan keras, sehingga tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Slep.. slep.. slep.. demikian bunyi gesekan batang kejantanan Iwan saat memompa liang kemaluanku.
“Akhh..! Akkhh..! Oohh..!” erangku berulang-ulang. Benar-benar luar biasa sensasi yang kudapatkan. Iwan benar-benar menyeretku ke surga kenikmatan, aku kembali merasa seperti gadis perawan yang sedang melepaskan mahkotanya.
Tak berapa lama kemudian aku merasakan nikmat yang luar biasa dari ujung kepala hingga ujung kemaluanku. Tubuhku menggelepar-gelepar di bawah genjotan Iwan. Aku menjadi lebih liar dan menyedot-nyedot lidah Iwan dan kupeluk tubuhnya erat-erat seolah takut terlepas.
“Ooh.. Oh.. Akhh..!” aku menjerit ketika hampir mencapai puncak kenikmatan. Tahu bahwa aku hampir orgasme, Iwan semakin kencang menggerakkan batang kemaluannya yang terjepit di liang kenikmatanku. Saat itu tubuhku semakin menggelinjang liar di bawah tubuh Iwan yang kekar. Tak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
“Oohh.. Aauuhh.. Oohh..!” jeritku tanpa sadar. Secara refleks jari-jariku mencengkrram punggung Iwan. Pantatku kunaikkan ke atas menyongsong batang kemaluan Iwan agar bisa masuk sedalam-dalamnya. Lalu kurasakan liang senggamaku berdenyut-denyut dan akhirnya aku merasakan sedang melayang, tubuhku serasa ringan bagaikan kapas. Aku benar-benar orgasme! Gerakanku semakin melemah setelah mencapai puncak kenikmatan itu. Iwan lalu menghentikan gerakannya.
“Enak kan Sayang..” bisik Iwan lembut sambil mengecup pipiku. Aku hanya terdiam dan wajahku merona karena rasa malu dan nikmat. Iwan yang belum mencapai klimaks membiarkan saja batang kejantanannya terjepit dalam liang kemaluanku. Iwan sengaja membiarkan aku untuk menikmati sisa-sisa kenikmatan itu. Aku kembali mengatur napasku, sementara aku merasakan batang kemaluan Iwan mengedut-ngedut dalam jepitan liang senggamaku. Tubuh kami berdua sudah mengkilat karena peluh yang membanjiri tubuh kami berdua. Hanya kipas angin yang membantu menyejukkan kamar kost mesum itu. 
Setelah beberapa saat, Iwan yang belum mencapai klimaks kembali menggerak-gerakkan batang kemaluannya maju mundur. Gerakannya yang perlahan, lembut dan penuh perasaan itu kembali membangkitkan birahiku yang telah sempat menurun. Kugoyangkan pinggulku seirama gerakan pantat Iwan . Rasa nikmat kembali naik ke ubun-ubunku saat kedua tulang kemaluan kami saling beradu. Gerakan batang kemaluan Iwan semakin lancar dalam jepitan liang senggamaku.
Aku yang sudah cukup lelah hanya dapat bergerak mengimbangi ayunan batang kemaluan Iwan yang terus memompaku. Iwan semakin lama semakin kencang memompa batang kemaluannya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi dan leherku dan kedua tangannya meremas sepasang payudaraku yang indah. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu, nafsuku kembali merambat naik menuju puncak. Dapat kurasakan bagaimana kenikmatan mulai kembali menjalari seluruh tubuhku.
Bermula dari selangkanganku, kenikmatan itu menjalari putingku dan naik ke ubun-ubun. Aku balik membalas ciuman Iwan. Pantatku bergerak memutar mengimbangi batang kemaluan Iwan yang dengan perkasanya menusuk-nusuk lubang vaginaku. Gerakan Iwan semakin liar dengan napas yang mendengus tak beraturan. Pantatku kuputar-putar, kiri-kanan semakin liar untuk menggerus batang kejantanan Iwan yang terjepit erat di dalam lubang kenikmatanku.
Aku pun semakin tak bisa mengontrol tubuhku hingga kusedot lidah Iwan yang menelusup masuk ke dalam mulutku. Tubuh Iwan mengejat-ngejat seperti orang yang terkena setrum karena rasa nikmat yang luar biasa. Kemudian jeritan panjang memenuhi ruangan kost itu saat aku mencapai orgasme untuk yang kesekian kalinya. Sementara gerakan tubuh Iwan mulai mengejat-ngejat tak beraturan.
“Ough.. Ough.. Ughh..!” Dengan napas yang terengah-engah, Iwan yang berada di atas tubuhku semakin cepat menghunjamkan batang kejantanannya. Lalu.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Aku bisa merasakan bagaimana batang kejantanan Iwan menyemprotkan air maninya dalam kehangatan liang senggamaku. Matanya membeliak dan tubuhnya berguncang hebat. Batang kejantanan Iwan pun mengedut-ngedut dengan kerasnya saat menyemburkan air maninya. Aku bisa merasakan ada semprotan hangat di dalam sana, nikmat sekali rasanya. Kami mencapai puncak kenikmatan secara bersamaan.
“Teruss.. Teruss.. Putarr.. Sayanghh..!” dengus Iwan. Aku membantunya dengan semakin liar memutar pinggulku. Setelah beberapa saat, tubuhnya ambruk menindih tubuhku dengan batang kemaluan yang masih menancap pada liang vaginaku. Kurasakan ada cairan yang mengalir keluar dari liang kemaluanku. Napas kami menderu selama beberapa saat setelah pergumulan nikmat yang melelahkan itu. Lalu kupeluk tubuh Iwan yang basah oleh keringat, kuciumi seluruh wajahnya.
“Thank’s ya San.. Kamu memang sangat perkasa.. Lisa sangat beruntung memilikimu..” bisikku di telinganya.
“Kak I’in juga.. Jangan menolak kalau lain kali aku pengen bercinta lagi dengan kakak ya..” balasnya. Aku mengangguk perlahan.
Lima belas menit kemudian aku membersihkan diri di kamar mandi sementara Iwan masih berbaring mengatur napasnya. Saat mengenakan pakaian dan celana, Iwan masih mencuri kesempatan untuk meremas kedua dadaku dan mencium bagian belakang leherku. Atas permintaannya, BH dan CD yang kupakai saat itu kuberikan pada Iwan sebagai tanda mata bahwa hubungan kami tak akan berhenti sampai di sini saja.


cerita dewasa

Cerita Mesum

Cerita Mesum Menyaksikan Istri Selingkuh Keenakan admin December 19, 2016 Selingkuh Hanya waktu lebaran kami sekeluarga bisa pulan...

cerita cinta